Jakarta (ANTARA) - Institut Leimena mencatat sebanyak 10 ribu lebih guru sudah lulus program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang telah diselenggarakan dalam waktu 3 tahun sampai 4 tahun belakangan ini.
Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho mengatakan para guru merupakan ujung tombak yang bisa membangun bangsa Indonesia yang besar melalui generasi mendatang.
"Dengan demikian sangat penting untuk para guru bisa belajar bersama mengembangkan bersama bagaimana Indonesia menjadi negara hukum melalui bapak dan ibu sebagai para pendidik," ucap Matius dalam acara Hybrid Upgrading Workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Jakarta, Jumat.
Adapun setiap tahunnya, ia mengatakan guru yang lulus dari program LKLB terus bertambah sekitar 3 ribu orang. Program LKLB melatih para guru kompetensi praktis agar mampu membangun relasi dan kolaborasi dengan orang lain yang berbeda agama.
Menurutnya, LKLB diperlukan dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika agar bisa hidup damai dan membangun bersama bangsa yang besar ini.
Apabila guru maupun berbagai pihak kurang literasi, kata Matius, bangsa ini bisa terpecah belah.
Namun demikian, dirinya menekankan LKLB patut dibarengi dengan pemahaman supremasi hukum karena Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan konstitusi dan memiliki kebebasan beragama.
Ia berpendapat kemajemukan di Indonesia bisa ada karena adanya kebebasan beragama, sehingga memahami supremasi hukum menjadi sangat penting karena kebebasan perlu dilindungi, tetapi secara bersama juga perlu ada aturan agar kebebasan yang dimiliki seseorang tidak menginjak kebebasan orang lain.
"Jadi kita perlu paham Mengenai hukum seperti ini agar literasi yang dilakukan tidak asal-asalan," ungkapnya.
LKLB merupakan kerangka sederhana untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan dalam berelasi dengan orang yang berbeda agama.
Disebutkan bahwa tiga kompetensi yang diajarkan berupa kompetensi pribadi (memahami apa yang agama dan kitab sucinya sendiri tentang orang yang berbeda), kompetensi komparatif (memahami agama orang lain dari sudut pandang penganut agama itu sendiri), serta kompetensi kolaboratif (bekerja sama untuk kebaikan bersama).
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.