Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memetakan komoditas belanja energi Indonesia dari Amerika Serikat senilai 15,5 miliar dolar AS akan terdiri atas LPG dan crude (minyak mentah) sebagai upaya negosiasi tarif.
“Jadi, untuk LPG kami akan meningkatkan impor dari Amerika Serikat. Kemudian, crude (minyak mentah) juga untuk kebutuhan dalam negeri,” ucap Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat.
Yuliot menjelaskan bahwa selama ini Indonesia mengimpor crude dari Amerika Serikat melalui negara lain. Dengan rencana belanja energi senilai 15,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp250,87 triliun, dia berharap pencatatan pembelian crude tersebut langsung dari Amerika Serikat.
Terkait dengan volume impor crude dari AS, Yuliot belum dapat memastikannya karena harga minyak dunia yang fluktuatif, utamanya di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Baca juga: RI tingkatkan impor energi dari AS untuk seimbangkan neraca dagang
“Jadi, nilainya akan dapat terlihat berdasarkan volume dan juga berdasarkan harga ICP (Indonesian Crude Price/harga acuan minyak mentah Indonesia) yang kita tetapkan,” katanya.
Sedangkan, dia belum bisa memastikan apakah Indonesia akan mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari Amerika Serikat. Saat ini, lanjut dia, Indonesia sedang mengupayakan peningkatan produksi BBM dari kilang di dalam negeri.
Dengan selesainya proses perbaikan dan peningkatan teknologi kilang di dalam negeri, Indonesia membidik kebutuhan BBM dapat dipenuhi melalui produksi dari dalam negeri, bukan impor.
Ketika disinggung mengenai kemungkinan Indonesia akan mengimpor LNG, Yuliot tidak menutup peluang tersebut.
Baca juga: Pemerintah masih lakukan evaluasi impor minyak dan LNG dari Rusia
“LNG termasuk yang akan diimpor dari AS,” kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia berencana untuk melakukan pembelian energi dari Amerika Serikat (AS) dengan total mencapai 15,5 miliar dolar AS.
Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan impor komoditas energi dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, meskipun neraca dagang Indonesia secara resmi tercatat surplus sekitar 14,5 miliar dolar AS versi Badan Pusat Statistik (BPS) RI, namun pencatatan di AS justru menunjukkan angka yang melebihi itu.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.