Mamuju (ANTARA) - Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat dr Marintani Erna Dochri membantah pihaknya menolak seorang pasien korban kecelakaan lalu lintas hingga akhirnya dilaporkan meninggal dunia.
"Kami tidak pernah menolak pasien tapi menyarankan ke rumah sakit terdekat," kata Merintani, di Mamuju, Selasa.
Ia menyampaikan bahwa saat pasien korban kecelakaan lalu lintas itu datang, kondisi ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sulbar tidak memungkinkan karena tempat tidur penuh.
Bahkan, kata Merintani, sebagian pasien ada yang terpaksa dirawat di kursi.
Baca juga: Presiden tinjau RSUD Mamasa Sulbar tingkatkan SDM dan faskes
Baca juga: Jokowi tinjau pasar tumpah hingga RSUD di Mamasa Sulbar
"Sebenarnya, sesuai SOP tidak boleh ada pasien di kursi tapi kami berpikir kemanusiaan sehingga ditangani dulu," ujar Merintani.
Sehingga, saat korban kecelakaan lalu lintas itu datang, sangat tidak memungkinkan untuk ditangani di IGD, sebab kondisinya butuh penanganan serius dengan posisi berbaring.
"Jadi, kondisi pasien membutuhkan bed (tempat tidur), dan saat itu tidak ada pasien lain yang memungkinkan untuk kami pindahkan ke tempat lain. Sehingga, kami menyarankan pihak keluarganya agar membawanya ke rumah sakit terdekat," ucap Marintani.
Dia menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya pasien kecelakaan tersebut.
"Kami menyampaikan permohonan maaf dan menjadikan ini sebagai bahan evaluasi untuk memberikan pelayan yang lebih baik," kata Merintani.
Sementara, dokter IGD RSUD Provinsi Sulbar juga membantah berita yang beredar tentang adanya penolakan pasien yang ingin mendapatkan tindakan medis.
Ia mengaku hanya menyarankan agar pasien tersebut dibawa ke rumah sakit terdekat sebab kondisi IGD RSUD Sulbar tidak memungkinkan untuk segera memberikan tindakan medis.
"Saya sendiri yang langsung melayani pasien saat datang dan saat itu pasien masih dalam keadaan sadar," kata penanggung jawab jaga IGD, saat pasien datang
Namun, karena kondisi ruang IGD penuh sehingga dokter tersebut menyarankan agar pasien tersebut dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Kami kemudian meminta maaf, dan menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit terdekat. Jadi bukan menolak pasien, tapi memintanya ke rumah sakit terdekat karena pasien harus segera mendapatkan tindakan serius," katanya menjelaskan.*
Baca juga: Dokter spesialis mata belum ada di RSUD Regional Sulawesi Barat
Baca juga: BATAN teliti radiasi nuklir di RSUD Sulawesi Barat
Pewarta: Amirullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025