Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menegaskan komitmennya untuk terus mengawal gelar pahlawan nasional bagi sosok ulama besar K.H. Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani yang juga dikenal dengan nama K.H. Sholeh Darat.
"Atas nama Pemerintah Kota Semarang, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada panitia haul dan seluruh pihak yang telah menggagas seminar nasional ini. Ini adalah tonggak penting untuk menyuarakan pengakuan negara terhadap jasa besar K.H. Sholeh Darat," kata Wali Kota di Semarang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikannya saat Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional K.H. Sholeh Darat yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam Haul K.H. Sholeh Darat di Kota Semarang.
Sosok yang juga dikenal dengan sebutan Mbah Sholeh Darat itu merupakan ulama besar yang telah melahirkan banyak tokoh nasional sebagai muridnya, antara lain, K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Ahmad Dahlan, dan R.A. Kartini.
Agustina merasa sangat tersanjung mendapat amanah dari sahabat Nahdlatul Ulama (NU) untuk meneruskan pengusulan gelar pahlawan nasional tersebut.
"Berkas yang kami terima sudah sangat lengkap. Seminar ini menjadi penguat bagi kami untuk segera menindaklanjuti dengan surat resmi pengusulan kepada pemerintah pusat," katanya.
"Kiai Haji Sholeh Darat bukan sekadar ulama, beliau adalah penjaga peradaban, guru dari para pahlawan nasional. Sudah sangat pantas beliau mendapat gelar pahlawan nasional," lanjutnya.
Wali Kota berharap pengusulan gelar pahlawan nasional tersebut mendapat dukungan dari berbagai kalangan, serta diperkuat oleh kajian para ahli sejarah.
"Semoga ini menjadi bagian dari visi besar kami menjadikan Semarang sebagai destinasi wisata religi, khususnya di kawasan makam K.H. Sholeh Darat dan masjid peninggalan pesantren beliau," katanya.
Baca juga: Pemkot Semarang dukung usulan K.H. Sholeh Darat jadi pahlawan nasional
Baca juga: Peneliti: Karya berbahasa Jawa K.H. Sholeh Darat digemari ulama dunia
Kiai Haji Sholeh Darat dikenal sebagai ulama besar, intelektual pejuang, dan pendidik pembebas yang mengabdikan hidupnya untuk membangun peradaban melalui ilmu.
Dalam karya-karyanya, khususnya tafsir Faidurrahman, K.H. Sholeh Darat menerjemahkan ajaran Islam dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Upaya tersebut, kata dia, menjadi bentuk perjuangan intelektual untuk membebaskan umat dari kebodohan dan memperkuat identitas keislaman masyarakat pribumi di tengah penjajahan.
Dari pesantrennya di Kampung Darat Semarang, K.H. Sholeh Darat mendidik K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan menginspirasi R.A. Kartini melalui tafsir Al-Qur'an yang ditulisnya.
Perjumpaannya dengan R.A. Kartini melahirkan karya yang monumental dan mencerahkan, serta menjadi bagian penting dalam sejarah pemikiran Islam dan nasionalisme di Indonesia.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025