Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Husnain mengingatkan pentingnya pertimbangan atas kemampuan tanah yang sesuai dalam rencana tata ruang dan pembangunan.
Husnain dalam keterangannya di Jakarta, Kamis mengatakan, sebuah rencana tata ruang memerlukan evaluasi bentang lahan agar perencanaan yang ditetapkan untuk sebuah penggunaan lahan dapat berkelanjutan dan terhindar dari bencana.
“Kemampuan wilayah menampung air dan potensi liquifaksi harus diketahui dulu,” kata dia.
Menurut Husnain, penting bagi para pemangku kepentingan untuk menjadikan tanah sebagai faktor pertama dan utama untuk mempertimbangkan pembangunan bangsa di segala sektor.
Sejumlah bencana yang terjadi di berbagai pelosok negeri, menurutnya, umumnya karena lupa mempertimbangkan tanah serta bentang lahan di sekitarnya.
“Ketika sebuah bangsa menggunakan tanah sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya, maka peradaban bangsa tersebut akan tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan,” ujar Husnain.
Sementara itu, Senior Economist in the Global Food and Agriculture Practice (GFADR) World Bank Vikas Choudhary mengatakan, paradigma ilmu tanah telah meluas karena tanah memang merupakan fondasi seluruh kehidupan mulai memenuhi kebutuhan pangan, menopang keberlanjutan ekosistem, dan menjaga biodiversitas kehidupan.
“Tanah sehat melahirkan manusia yang sehat dan menghasilkan bangsa yang sehat. Mari setiap bangsa di dunia menyusun konsep kebijakan dan melaksanakan praktek untuk menjaga tanah tetap sehat,” kata Choudhary.
Di sisi lain, ajakan untuk mempertimbangkan kemampuan tanah ini sejalan dengan tema Hari Tanah Dunia (World Soil Day) 2025, yakni “Tanah yang Sehat untuk Kota yang Sehat", sebagaimana diusung oleh Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO).
Perayaan Hari Tanah Dunia sendiri telah dilakukan sejak 2014, tetapi di Indonesia baru digelar pada 2017 yang kemudian konsisten dijalankan setiap tahun hingga saat ini.
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































