Minahasa, Sulawesi Utara (ANTARA) - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengupayakan industri kreatif termasuk produk kerajinan dan mebel domestik, tidak hanya sekadar pemasok murah di rantai pasok dunia, melainkan turut menekankan pada kualitas dan nilai mewah.
"Kita tidak boleh hanya bicara pameran dan ekspor. Kita harus bicara daya tahan merek, dan daya tahan merek bukan soal besar modal, tapi cara berpikir,” kata Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur sebagaimana pernyataan dikonfirmasi di Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu.
Ia mencontohkan ketangguhan sejumlah merek dunia seperti Hermès, Louis Vuitton, Rolex, dan Patek Philippe, yang tetap eksis dan bahkan semakin kuat di tengah maraknya produk tiruan berharga murah. Menurutnya, jenama tersebut bertahan karena mereka menjual makna dan martabat, bukan sekadar produk.
Sobur menilai, kekuatan jenama mewah global terletak pada kemampuan mereka mengubah produk menjadi simbol identitas dan emosi. “Produk tiruan hanya meniru bentuk, tapi tidak bisa meniru martabat,” ujarnya.
Baca juga: Menperin tekankan penguatan pengawasan dalam pelaksanaan SBIN
Ia menegaskan, pelaku industri kreatif Indonesia perlu menempuh jalan serupa dengan menanamkan nilai budaya dan cerita lokal pada setiap karya.
Disampaikan dia, upaya yang dilakukan pihaknya untuk memperkuat hal itu yakni dengan memperkuat strategi distribusi dan kesejahteraan tenaga kerja sebagai bagian integral dari nilai jenama (brand value).
Ia menyebut, banyak perusahaan hancur karena tergoda menjual produk secara massal ke semua pasar, tanpa memperhatikan konteks nilai dan reputasi.
“Setiap titik distribusi adalah panggung reputasi. Cara menjual menentukan bagaimana dunia memperlakukan karya kita,” katanya lagi.
Baca juga: Menperin sebut SBIN strategi wujudkan industri tumbuh dan berdaulat
Selain itu, ia menambahkan, martabat tenaga kerja adalah bagian dari nilai sebuah jenama.
Industri kreatif yang ingin bicara eksklusivitas, katanya, juga harus memastikan upah layak, regenerasi keterampilan, dan etika produksi.
Menurut Sobur, jenama mewah global bertahan karena menjadikan warisan sebagai strategi bisnis jangka panjang.
“Mereka rela tidak menjual hari ini agar tetap dihormati 30 tahun ke depan. Warisan adalah strategi bisnis,” katanya.
Baca juga: Menperin sebut perlindungan pasar domestik jadi prioritas utama
Kriya Nusantara misalnya, bisa menjadi contoh konkret penerapan filosofi melalui produk kemasan mewah, elemen interior, furnitur artistik, dan parfum yang sesuai dengan nilai budaya.
Ia menilai pendekatan tersebut penting diterapkan di Indonesia agar produk-produk lokal memiliki daya tahan nilai dan reputasi global yang berkelanjutan.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































