Jakarta (ANTARA) - Setiap 28 April, dunia sastra Indonesia dipenuhi semangat baru. Bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga merayakan betapa besarnya peran puisi dalam menyuarakan hati, merangkum perasaan hingga merekam jejak perjalanan bangsa.
Momen ini menjadi saat yang istimewa bagi para penikmat sastra untuk kembali menyalakan semangat berkarya, sambil mengenang sosok penting yang berjasa dalam perkembangan puisi di tanah air. Hari Puisi Nasional bukan hanya tentang rangkaian kata-kata indah, tapi tentang perjalanan panjang, makna yang dalam dan warisan budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Sejarah Hari Puisi Nasional
Pemilihan tanggal 28 April sebagai Hari Puisi Nasional bukan tanpa alasan. Mengutip laman resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dikdasmen), tanggal ini dipilih untuk memperingati hari wafatnya Chairil Anwar, salah satu penyair paling berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia.
Berbeda dengan kebanyakan hari besar nasional yang biasanya ditetapkan berdasarkan hari lahir tokoh, Hari Puisi Nasional justru ditetapkan berdasarkan tanggal kepergian Chairil Anwar, seolah menegaskan betapa besarnya warisan yang ia tinggalkan melalui karya-karyanya.
Memilih tanggal wafat sebagai bentuk penghormatan ini juga memiliki makna tersendiri, seperti puisi itu sendiri yang penuh nuansa dan simbolisme. Hari Puisi Nasional menjadi lebih dari sekadar mengenang sosok Chairil Anwar, melainkan juga sebagai ajakan untuk terus menghidupkan semangat berpuisi, merenungkan makna dalam setiap larik dan melestarikan semangat kreatif di tengah masyarakat Indonesia.
Baca juga: "Binatang Jalang" dan puisi-puisi Chairil yang kini masih relevan
Mengenal Chairil Anwar dan warisannya
Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang membebaskan puisi Indonesia dari bentuk tradisional yang kaku. Ia membawa semangat baru dengan gaya bahasa yang lugas, emosional dan penuh semangat pembaruan.
Selain dikenal sebagai penyair produktif, Chairil juga merupakan sosok yang haus ilmu, mendalami karya-karya sastra dunia untuk memperkaya karyanya sendiri. Kegigihannya dalam berkarya membuahkan puisi-puisi yang tidak hanya berbicara kepada zamannya, tetapi juga tetap relevan hingga kini.
Meskipun Chairil Anwar telah tiada, pengaruhnya terus hidup. Puisinya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, menunjukkan bahwa pesan-pesan yang ia sampaikan bersifat universal. Meski di masa hidupnya sempat menuai kritik, kekuatan dan kejujuran dalam puisinya membuat karya-karyanya tetap bersinar dalam perjalanan sastra Indonesia.
Apa itu puisi?
Secara sederhana, puisi adalah sebuah bentuk seni sastra yang menggunakan bahasa dan kata-kata secara kreatif untuk menyampaikan perasaan, gagasan, atau pengalaman melalui ritme, suara, makna dan citra. Ini adalah bentuk ekspresi sastra yang sering kali menggunakan struktur dan gaya yang khas, termasuk penggunaan berbagai elemen seperti rima, ritme, metafora, dan perbandingan untuk menciptakan keindahan dan kedalaman makna.
Melalui peringatan Hari Puisi Nasional setiap 28 April, diharapkan semangat menulis dan mengapresiasi puisi tetap terjaga.
Baca juga: 6 puisi karya penyair Indonesia untuk memperingati Hari Pahlawan
Baca juga: Menekraf dorong puisi bisa punya nilai ekonomi kreatif
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025