Gejala anemia aplastik serta penyebab dan pengobatannya

1 week ago 4

Jakarta (ANTARA) - Anemia aplastik adalah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, meningkatkan risiko perdarahan, serta rentan terhadap infeksi yang tidak terkontrol.

Apa Itu anemia aplastik?

Anemia aplastik dapat menyerang individu dari segala usia, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia 10 hingga 20 tahun serta 60 hingga 65 tahun. Penyakit ini bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan dan semakin memburuk seiring waktu. Tingkat keparahan anemia aplastik bervariasi, mulai dari ringan hingga berat.

Perawatan untuk anemia aplastik melibatkan pemberian obat-obatan, transfusi darah, hingga transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel induk pada penderita.

Gejala anemia aplastik

Anemia aplastik biasanya berkembang dalam beberapa minggu atau bulan, sehingga gejalanya sering tidak langsung terlihat. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang parah. Beberapa gejala umum anemia aplastik meliputi:

  • Demam
  • Lemas dan mudah lelah
  • Kulit tampak pucat
  • Infeksi virus yang sering kambuh dan berlangsung lama
  • Mudah mengalami perdarahan atau memar
  • Perdarahan berkepanjangan jika mengalami luka
  • Ruam kulit
  • Sakit kepala atau pusing
  • Sesak napas (dispnea)
  • Jantung berdebar-debar.

Baca juga: Ahli jelaskan penyebab seseorang terkena anemia aplastik

Penyebab anemia aplastik

​​​​​​​Penyebab utama anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang, sehingga produksi sel darah menurun. Selain itu, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko anemia aplastik meliputi:

1. Paparan bahan kimia beracun
Paparan insektisida, pestisida, serta bahan kimia dalam bensin seperti benzena dapat meningkatkan risiko anemia aplastik.

2. Efek samping obat-obatan
Beberapa antibiotik dan obat tertentu dapat menyebabkan gangguan produksi sel darah di sumsum tulang.

3. Kemoterapi dan radiasi
Pengobatan kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat merusak sel induk di sumsum tulang. Namun, efek ini umumnya bersifat sementara.

4. Kehamilan
Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang sumsum tulang, menghambat produksi sel darah.

5. Infeksi virus
Infeksi virus tertentu, seperti hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19, dikaitkan dengan peningkatan risiko anemia aplastik.

6. Gangguan autoimun
Gangguan autoimun dapat menyebabkan tubuh menyerang sel sehat, termasuk sel induk sumsum tulang.

7. Kelainan genetik
Beberapa pasien anemia aplastik memiliki kondisi langka seperti hemoglobinuria nokturnal paroksismal atau anemia Fanconi, yang dapat menyebabkan kelainan pada sumsum tulang.

8. Penyebab yang tidak diketahui
Dalam beberapa kasus, penyebab anemia aplastik tidak dapat diidentifikasi, yang disebut sebagai anemia aplastik idiopatik.

Diagnosis anemia aplastik

Untuk mendiagnosis anemia aplastik, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, antara lain:

  • Anamnesis: Menanyakan gejala, riwayat medis, dan riwayat keluarga.
  • Pemeriksaan fisik: Mengevaluasi tanda-tanda anemia, seperti pucat dan mudah memar.
  • Tes darah lengkap: Mengukur kadar sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
  • Apusan darah tepi: Menganalisis bentuk dan jumlah sel darah.
  • Penghitungan retikulosit: Menilai produksi sel darah merah.
  • Aspirasi dan biopsi sumsum tulang: Mengonfirmasi kondisi sumsum tulang.
  • Tes genetik: Mendeteksi kelainan bawaan yang berkaitan dengan anemia aplastik.

Baca juga: Pakar UGM: Anemia aplastik akibat obat sakit kepala jarang terjadi

Pengobatan anemia aplastik

​​​​​​​Pengobatan anemia aplastik tergantung pada tingkat keparahan dan usia pasien. Secara umum, terapi terbagi menjadi tiga kategori utama:

Pilihan pengobatan anemia aplastik bergantung pada tingkat keparahan dan kondisi pasien. Secara umum, terapi terdiri dari tiga pendekatan utama:

1. Terapi suportif

  • Transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah dan trombosit.
  • Terapi infeksi, yaitu pemberian antibiotik atau antijamur untuk melawan infeksi.
  • Growth factor, seperti Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF), untuk merangsang produksi sel darah putih.

2. Terapi imunosupresan

  • Diberikan pada pasien dengan anemia aplastik akibat gangguan autoimun. Obat-obatan ini menekan sistem kekebalan tubuh agar tidak menyerang sumsum tulang.

3. Transplantasi sel punca (sumsum tulang)

  • Merupakan satu-satunya metode yang dapat menyembuhkan anemia aplastik secara permanen. Prosedur ini menggantikan sumsum tulang yang rusak dengan sel punca dari donor sehat.

Jika anemia aplastik disebabkan oleh efek samping pengobatan tertentu, pasien mungkin disarankan untuk menghentikan terapi tersebut. Contohnya, pasien yang mengalami anemia aplastik akibat kemoterapi dapat mengalami pemulihan setelah pengobatan kanker dihentikan.

Anemia aplastik merupakan kondisi serius yang memerlukan diagnosis dan penanganan yang tepat. Gejala yang muncul dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dengan penyebab yang beragam, termasuk faktor lingkungan, obat-obatan, serta gangguan autoimun.

Diagnosis yang akurat dan pengobatan yang sesuai sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala anemia aplastik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang optimal.

Baca juga: Selebriti banjiri foto Instagram Babe Cabita dengan ucapan duka

Baca juga: Ahli jelaskan penyebab seseorang terkena anemia aplastik

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |