Jakarta (ANTARA) - Pelaku pasar perdagangan aset kripto dalam negeri menyatakan harga Bitcoin (BTC) yang sempat terkoreksi hingga di bawah 90.000 dolar Amerika Serikat (AS) merupakan bagian dari dinamika alami siklus kripto, dengan fundamental aset digital ini dinilai tetal kuat.
Vice President Indodax Antony Kusuma menyatakan pergerakan harga yang terjadi saat ini lebih banyak dipengaruhi faktor teknis dan sentimen global dalam jangka pendek.
"Fundamental aset digital tetap kuat, dan di situasi seperti ini penting bagi investor untuk mengambil keputusan secara tenang dan terukur,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Sebelumnya pada Selasa (18/11), harga BTC sempat terkoreksi dan menyentuh level 89.000 dolar AS yang mencatat level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Penurunan ini terjadi di tengah kombinasi tekanan teknis, arus keluar dari ETF Bitcoin di AS, serta meningkatnya kekhawatiran pasar terkait rencana tarif baru Pemerintahan AS.
Selama empat hari berturut-turut, ETF Bitcoin di AS mencatat arus keluar dari total kepemilikan 441.000 BTC menjadi sekitar 271.000 BTC.
Puncaknya, terjadi redemption lebih dari 800 juta dolar AS dalam satu hari. Situasi ini menambah tekanan jual, terutama setelah harga Bitcoin gagal bertahan di atas area US$92.000 dan turun melewati batas psikologis 90.000 dolar AS.
Meskipun demikian, Antony menyatakan, perlu digaris bawahi bahwa pelemahan ini tidak disebabkan oleh penurunan fundamental aset kripto.
Dia menegaskan bahwa tekanan harga yang tajam seperti ini kerap terjadi ketika pasar sedang menyesuaikan diri dengan kondisi global.
"Kami memahami koreksi cepat bisa membuat banyak investor merasa cemas. Namun fase seperti ini biasanya bersifat sementara dan pasar akan kembali bergerak lebih rasional setelah volatilitas mereda," katanya pula.
Ia menambahkan bahwa volatilitas jangka pendek tidak mengubah pandangan jangka panjang para pelaku pasar berpengalaman.
"Bagi investor jangka panjang, momen seperti ini sering dianggap sebagai peluang untuk menambah posisi secara bertahap,” katanya lagi.
Dia menegaskan bahwa keyakinan terhadap aset digital tetap kuat, meskipun harga sedang berada dalam tekanan.
Di tengah volatilitas yang meningkat, dia mengimbau seluruh investor untuk tetap mengutamakan manajemen risiko dan tidak melakukan keputusan emosional.
Koreksi seperti ini, ujarnya, dinilai wajar terjadi setelah Bitcoin sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa pada awal Oktober 2025.
Baca juga: Tokocrypto harap revisi UU P2SK tetap dorong inovasi aset digital
Baca juga: Indodax: Harga BTC turun di bawah 100.000 dolar AS, dinamika pasar
Pewarta: Subagyo
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































