Film "Believe" munculkan aksi laga Kapten Agus yang mendebarkan

2 months ago 18
Film "Believe" dapat disebut sebagai puncak baru dalam genre aksi laga di industri perfilman Indonesia, setelah The Raid (2011).

Jakarta (ANTARA) - Jagad perfilman Indonesia memiliki banyak film-film fiksi yang menghibur, dan ada juga yang membuat penonton berpikir.

Lalu ada film biopik seperti "Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian" yang akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 24 Juli 2025. Film yang mendramatisasi kisah hidup seseorang yang nyata, atau bisa juga sekelompok orang yang nyata ini patut digarisbawahi karena memang genre film ini belum begitu banyak diproduksi oleh sineas Indonesia.

Film "Believe – Takdir, Mimpi, Keberanian" ini menghantam penonton dengan adegan peperangan yang begitu kejam dan tak kenal ampun, sampai rasanya logika dan perasaan ikut teraduk-aduk.

Mendebarkan, karena kita tidak hanya disuguhi baku tembak; tapi merasakan juga ketika peluru menembus tubuh, disambut jeritan, dan kehilangan yang mengukir patriotisme dalam diri seorang prajurit.

Sosok kapten yang digambarkan dalam "Believe" ini heroik, sebanding dengan Captain America di jagad komik atau Captain Phillips (2013) di Hollywood.

Tokoh utama dalam film berlatar tahun 1975 hingga 1999 ini ialah Kapten Agus Subiyanto, yang kini telah berpangkat jenderal dan dikenal sebagai Panglima TNI.

Film biopik Agus ini digarap secara ambisius. Duo sutradara yang menggarapnya, Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, bahkan meraih penghargaan "Best Director" di Montreal International Film Festival 2025.

Realisme tempur dan kedalaman visual

Misi dua sutradara berbakat itu adalah menerjemahkan kisah nyata dari medan pertempuran saat krisis Timor Timur ke layar lebar.

Aksi yang intens di "Believe" dengan latar cerita yang berjalan dari tahun ke tahun didukung visualisme tanpa kompromi.

Penggunaan alat perang seperti KRI Teluk Amboina-503, heli "hidung pesek", serta tampilan bagian dalam pesawat Hercules model awal yang terasa begitu nyata sebagaimana referensinya di masa lalu.

Film ini juga menghadirkan dukungan teknologi generatif grafis komputer (CGI) dalam sajian kedalaman visualnya, tapi tidak berlebihan.

Koreografi tembak-menembak dan ledakan di medan pertempuran juga dibuat seru untuk disaksikan.

Mandra dan Wardhana jelas ingin menjawab pertanyaan para penggemar, "Sanggupkah sineas Indonesia membuat penonton merasakan film perang yang sesungguhnya?"

Mereka berhasil. Film "Believe" dapat disebut sebagai puncak baru dalam genre aksi laga di industri perfilman Indonesia, setelah The Raid (2011).

Mandra dan Wardhana mencapai puncak itu dengan rentetan aksi kejar-kejaran dan pertempuran brutal, serta pertarungan satu lawan satu dengan musuh yang menggetarkan nyali.

Tata audio juga diiringi suara desing peluru dan ledakan yang imersif, menempatkan penonton seperti berada langsung di tengah kekacauan pertempuran.

Baca juga: Lima poin menarik "Believe", film yang direkomendasikan Raffi Ahmad

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |