Fetish jadi motif di balik kasus pelecehan pasien, apa itu fetish?

3 days ago 2

Jakarta (ANTARA) - Kasus pelecehan seksual yang terjadi di salah satu rumah sakit ternama di Bandung belakangan ini jadi sorotan publik.

Seorang dokter muda bernama Priguna Anugerah Pratama diduga melakukan tindakan tak senonoh kepada pasien yang tengah tidak sadarkan diri.

Fakta ini tak hanya mengejutkan, tetapi juga mengungkap sisi gelap dari fenomena fetish yaitu sebuah ketertarikan seksual terhadap situasi, benda, atau kondisi tertentu, yang dalam kasus ini melibatkan korban yang tidak berdaya. Perilaku menyimpang ini mencoreng dunia medis sekaligus memicu kekhawatiran soal keamanan pasien di ruang perawatan.

Baca juga: Unpad lakukan evaluasi menyeluruh buntut pemerkosaan di RSHS

Apa itu fetish?

Secara sederhana, fetish adalah ketertarikan seksual terhadap benda mati atau bagian tubuh tertentu yang sebenarnya bukan area seksual. Misalnya, seseorang bisa merasa terangsang hanya karena melihat kaki, rambut, atau benda seperti sepatu dan pakaian dalam.

Di masyarakat, istilah fetish sebenarnya cukup sering terdengar. Salah satu fetish yang paling umum adalah fetish kaki. Namun, banyak orang masih belum memahami kapan fetish ini bisa dianggap wajar dan kapan bisa menjadi masalah serius.

Mengapa seseorang bisa memiliki fetish?

Fetish bisa muncul dari berbagai hal, tapi sampai sekarang para ahli belum benar-benar sepakat soal penyebab pastinya. Meski begitu, ada beberapa hal yang diduga bisa jadi pemicunya:

1. Pengalaman di masa kecil.

Beberapa orang mulai merasakan ketertarikan tertentu sejak kecil, bahkan sebelum tahu soal seks. Misalnya, merasa nyaman atau senang saat melihat benda atau situasi tertentu.

2. Pengalaman buruk atau pelecehan.

Ada juga kasus di mana fetish muncul karena pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan, seperti melihat hal yang tidak pantas atau menjadi korban pelecehan saat kecil. Hal ini bisa membekas dan mempengaruhi seseorang saat dewasa.

3. Kebiasaan atau hubungan tertentu.

Kadang tanpa disadari, seseorang bisa mengaitkan rasa nyaman atau senang dengan benda atau situasi tertentu. Misalnya, merasa tenang saat menyentuh kain tertentu atau melihat warna tertentu, yang lama-lama bisa berubah jadi ketertarikan khusus.

Tapi, tidak semua fetish datang dari hal buruk. Ada juga yang muncul begitu saja, tanpa sebab yang jelas. Ini bisa jadi bagian dari perbedaan normal dalam cara orang merasakan ketertarikan.

Baca juga: Mendiktisaintek nyatakan terbuka soal evaluasi pendidikan dokter

Kapan fetish menjadi masalah?

Sebenarnya, fetish tidak selalu berbahaya. Selama ketertarikan ini tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta dilakukan dengan persetujuan, fetish masih bisa dianggap sebagai variasi seksual yang wajar. Namun, fetish bisa menjadi masalah ketika:

  • Mengganggu kehidupan sehari-hari. Misalnya, seseorang jadi sulit menjalani hubungan normal karena hanya bisa merasa terangsang oleh objek fetish-nya saja.
  • Menimbulkan tekanan batin. Saat fetish membuat seseorang merasa cemas, bersalah, atau tertekan karena tidak bisa mengendalikan dorongan tersebut.
  • Melibatkan orang lain tanpa persetujuan. Apalagi jika fetish dilakukan terhadap orang yang tidak berdaya atau dalam kondisi tidak sadar, seperti dalam kasus pelecehan. Ini jelas bukan hanya masalah pribadi, tapi sudah masuk ranah hukum dan kekerasan seksual.

Perlu diingat, tidak semua fetish itu berbahaya. Selama fetish tidak menyebabkan penderitaan bagi diri sendiri atau orang lain, serta tidak melanggar hukum atau norma sosial, hal ini masih bisa dianggap sebagai variasi seksual yang wajar.

Namun, bila fetish tersebut melibatkan orang lain tanpa persetujuan, apalagi dalam kondisi tidak sadar seperti kasus Priguna, tentu hal ini masuk dalam kategori pelecehan dan tindakan kriminal.

Baca juga: KemenPPPA dalami pelecehan seksual ibu hamil oleh dokter obgyn di Garut

Baca juga: Unpad: Secara identitas dokter pelaku pelecehan di Garut alumni FK

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |