Berlin (ANTARA) - Ekspor mobil Jerman ke Amerika Serikat (AS) turun tajam pada April dan Mei 2025 setelah tarif baru dari Washington, AS, mulai berlaku meskipun secara keseluruhan hanya menurun 1,9 persen dalam lima bulan pertama 2025, ungkap data rKantor Statistik Federal Jerman (Destatis), Jumat (18/7).
Pengiriman kendaraan ke AS naik 14,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama (Q1). Namun, pada April dan Mei, jumlah ekspor anjlok 23,5 persen setelah Washington memberlakukan tarif 25 persen untuk impor kendaraan dari Uni Eropa (UE), menurut Destatis.
Kenaikan pada kuartal pertama tersebut sebagian besar didorong oleh pesanan di muka, karena pelanggan Amerika buru-buru membeli sebelum penerapan kenaikan tarif yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump. Setelah bea masuk mulai berlaku pada 3 April, ekspor mobil Jerman terpukul lebih keras daripada yang diperkirakan oleh para analis industri.
Asosiasi industri otomotif Jerman, VDA, sebelumnya telah memperingatkan bahwa tarif tambahan terhadap produk otomotif akan berdampak signifikan terhadap ekspor mobil UE ke AS. VDA juga menyoroti potensi kerugian pada rantai pasokan global dan peningkatan biaya bagi konsumen Amerika.
"Tarif tambahan AS mengirimkan sinyal bencana bagi perdagangan bebas dan berbasis aturan," kata asosiasi tersebut, seraya menambahkan bahwa kebijakan tarif Trump telah menuai kritik dari dalam industri AS dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran di AS maupun Eropa.
AS telah lama menjadi mitra dagang terbesar Jerman di sektor otomotif. Pada 2024, Jerman mengekspor kendaraan senilai 36,8 miliar euro (1 euro = Rp18.926) atau sekitar 42,8 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.329) ke AS, sedangkan nilai impor mencapai 7,9 miliar euro, tunjuk data VDA.
Data Eurostat yang dirilis pekan ini mengonfirmasi bahwa AS masih menjadi tujuan utama bagi ekspor produk otomotif UE, menyumbang 20 persen dari total nilai tambah domestik UE di sektor ini. Di UE, Jerman sejauh ini merupakan pengekspor kendaraan terbesar ke AS.
Tiga produsen mobil terbesar di Jerman, yakni Volkswagen, Mercedes-Benz, dan BMW, bertanggung jawab atas sekitar 73 persen ekspor mobil UE ke AS tahun lalu, sebut sejumlah laporan media Jerman. Ketiganya dilaporkan berada di bawah tekanan yang makin besar usai kenaikan tarif.
Porsche, produsen mobil sport mewah milik Volkswagen Group, sedang mempertimbangkan langkah-langkah pemangkasan biaya lebih lanjut sebagai respons terhadap pelemahan penjualan dan peningkatan biaya, lapor kantor berita Jerman, DPA, pada Jumat.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para karyawan, CEO Porsche Oliver Blume mengakui bahwa kinerja perusahaan itu belakangan ini tidak sesuai dengan harapan dan memperingatkan tentang penyesuaian struktural lebih lanjut. Pekan lalu, perusahaan itu melaporkan penurunan penjualan global sebesar 6 persen untuk paruh pertama tahun ini.
Selain permintaan mobil listrik (electric vehicle/EV) yang lesu dan pasar mobil mewah yang melemah, Porsche juga menghadapi tekanan pada margin keuntungan di AS karena tarif impor baru. Perusahaan itu memperkirakan telah mengeluarkan sekitar 300 juta euro dalam bentuk biaya tambahan di bawah langkah-langkah perlindungan harga untuk mengimbangi bea masuk AS yang lebih tinggi pada April dan Mei.
"Semua keadaan ini menghantam kami dengan keras, lebih keras dibandingkan pada produsen mobil lainnya," kata Blume.
Sementara itu, data impor Destatis menunjukkan bahwa kendaraan buatan AS juga mengalami penurunan di pasar Jerman. Dalam lima bulan pertama 2025, impor dari AS turun lebih dari 30 persen (yoy), merosot ke posisi kelima di belakang China.
Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa produsen mobil AS, termasuk merek Jerman yang berproduksi di AS, juga menghadapi kerugian yang signifikan. Menurut VDA, AS mengekspor 233.600 kendaraan senilai 10,3 miliar euro ke UE pada 2024, dengan sekitar 60 persen di antaranya ditujukan ke Jerman. Setengah dari jumlah kendaraan yang diproduksi oleh perusahaan Jerman di AS diekspor ke pasar-pasar di seluruh dunia.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.