Ekonom nilai diversifikasi ke Uni Eropa mitigasi untuk hadapi tarif AS

4 hours ago 2
Kita berharap akan meningkat kerja samanya, jadi ini lebih ke diversifikasi

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menilai diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke Uni Eropa (UE) menjadi salah satu upaya mitigasi menghadapi ketidakpastian terkait tarif impor yang bakal diterapkan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

“Kita berharap akan meningkat kerja samanya, jadi ini lebih ke diversifikasi,” kata Head of Research & Chief Economist Mirae Asset itu di Jakarta, Selasa.

Adapun harapan terkait peningkatan kerja sama dan relaksasi sejumlah aturan untuk melakukan ekspor ke kawasan Eropa ini menyusul Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) yang akhirnya disepakati setelah 10 tahun negosiasi.

Menurut Rully, nilai ekspor Indonesia ke Eropa saat ini masih bisa ditingkatkan lagi, terutama dengan komoditas-komoditas yang berpeluang besar masuk ke pasar tersebut.

Hal ini mengingat nilai pasar ekspor Indonesia paling banyak masih dipegang oleh China, AS, hingga India.

“Ke Eropa (ekspor) belum terlalu banyak. Jadi memang hal ini juga bisa memitigasi ketika ekspor ke depan ke AS akan turun, atau akan beralih, diversifikasi ke negara-negara Eropa,” kata Rully.

“Untuk negara-negara lainnya (di Uni Eropa) juga mungkin masih perlu banyak ditingkatkan, karena (ekspor ke) Eropa sendiri juga belum terlalu besar. Apalagi kita juga seringkali terkait dengan ekspor-ekspor yang diberi sanksi sama Eropa,” imbuhnya.

Meski peluangnya besar, Rully menilai penjajakan ekspor ke pasar Eropa masih memerlukan waktu agar dapat berjalan dengan efektif dan berdampak signifikan untuk Indonesia.

Hal ini mengingat kebutuhan komoditas ke Eropa yang mungkin berbeda dengan barang-barang Indonesia yang biasanya diekspor ke AS.

Overall sebenarnya ini harus membutuhkan waktu juga, yang mungkin tidak akan cuma satu tahun, mungkin lebih dari dua tahun, lebih dari setahun yang bisa lebih efektif,”ujar Rully.

“Lagi pula, biasanya juga keperluan ke Eropa juga beda dengan Amerika. Amerika banyak ke barang-barang seperti baju dan sepatu, sementara ke Eropa itu lebih banyak ke bahan-bahan mentah, CPO terutama,” tambahnya.

Rully mengatakan dampak dari perdagangan ke Eropa ini masih memerlukan kajian lebih lanjut menyusul progres ke depan.

“Jadi mungkin impact-nya masih perlu dikaji, dilihat dalam beberapa tahun ke depan, seberapa efektif. Jadi itu mungkin akan kembali dievaluasi lagi,” ujarnya.

Baca juga: IEU-CEPA buka pasar ekspor produk hijau dan berkelanjutan

Baca juga: Airlangga sebut perundingan IEU-CEPA sudah sampai tahap akhir

Baca juga: Kemitraan RI, Uni Eropa usung kontribusi bagi stabilitas ekonomi dunia

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |