Ekonom: Langkah pemerintah untuk perkuat dagang dengan AS sudah tepat

1 week ago 6
Sebagai negara yang mengalami surplus perdagangan terhadap AS, kita perlu waspada kendati pun surplus kita termasuk minor

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang bahwa langkah Pemerintah Indonesia yang akan memperkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS) sudah tepat, sebagai mitigasi terhadap dampak kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump.

“Langkah yang dilakukan pemerintah sudah tepat. Sebagai negara yang mengalami surplus perdagangan terhadap AS, kita perlu waspada kendati pun surplus kita termasuk minor dibanding negara lain,” kata Wijayanto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ketika ditanya apakah langkah tersebut akan membuat hubungan ekonomi Indonesia dengan China renggang, Wijayanto berpendapat bahwa Indonesia tidak perlu memilih antara China atau AS saja melainkan merangkul seluruh pihak. Dalam urusan dagang, ujar dia, Indonesia tidak perlu ideologis atau politis.

“China pasti tidak mempermasalahkan, mereka paham jika saat hujan semua mencari payung,” kata Wijayanto.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

Saat dihubungi secara terpisah, Bhima mengatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam memperkuat kerja sama dengan AS menjadi penting.

“Di era matinya kerja sama multilateral, maka prospek perdagangan harus dijalin secara bilateral," ujar dia.

Pertama, imbuh Bhima, Indonesia bisa menghindari sasaran kenaikan tarif AS karena hubungan yang harmonis. Apabila konfrontatif, Indonesia tentunya akan menjadi sasaran kenaikan tarif bea masuk ke AS dan hal ini merugikan posisi pelaku usaha.

Kedua, Indonesia bisa meraup peluang relokasi industri dari AS terutama perusahaan yang menghindari perang tarif atau yang ingin mendekat ke sumber bahan baku.

“Posisi perusahaan Indonesia bisa lebih masuk ke rantai pasok global,” ujar Bhima.

Yang ketiga, imbuh Bhima, Indonesia akan tetap memegang politik luar negeri bebas aktif untuk menyeimbangkan (balancing) hubungan dengan China yang selama beberapa tahun terakhir terlalu dominan.

Sebelumnya pada Jumat (7/3), Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut Indonesia harus melakukan mitigasi terhadap kebijakan Trump guna menjaga surplus perdagangan dengan AS.

Budi mengatakan dirinya telah melakukan pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat (7/3).

Dalam pertemuan tersebut, kata Budi, keduanya sepakat untuk tetap menjaga hubungan baik agar tidak terkena dampak dari isu-isu negatif tentang Indonesia.

Ia juga menyebutkan salah satu langkah mitigasi yang bisa dilakukan Indonesia adalah dengan tidak membuat kebijakan yang dapat merugikan produk-produk ekspor tanah air di Amerika.

Selain itu, dalam waktu dekat akan diadakan pertemuan bisnis antara Indonesia dengan AS untuk menyamakan persepsi perdagangan. Menurut Budi, upaya ini harus dilakukan guna menjaga surplus perdagangan dengan AS.

Budi juga mengatakan, Indonesia dan AS optimistis bahwa kerja sama kedua negara tetap berjalan dengan baik dan hubungan dagang semakin bagus.

Baca juga: Ekonom sarankan penguatan misi diplomatik untuk perluas pasar ekspor

Baca juga: Ekonom: Indonesia bisa ambil peluang dari perang dagang AS-China

Baca juga: Ekonom: RI bisa ambil benefit dari kebijakan proteksionisme Trump

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |