Dokter ingatkan masyarakat perlu waspadai nyeri dada saat berlari

1 week ago 10

Jakarta (ANTARA) - Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO., Subsp.APK(K), MARS mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai nyeri dada yang muncul saat sedang melakukan aktivitas fisik seperti berlari.

“Jadi ketika nyeri dada ketika berolahraga, ya nomor satu ditunda dulu untuk betul-betul dipastikan. Apakah nyeri ini ada kaitannya dengan gangguan di jantung, atau karena kurangnya persiapan,” kata Listya dalam acara diskusi kesehatan tentang persiapan olahraga lari di Jakarta, Selasa.

Listya mengatakan nyeri dada bisa disebabkan karena kurang pemanasan sebelum berolahraga, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan disarankan untuk berhenti sejenak dan mengamati nyerinya.

Jika saat berhenti nyeri dada berangsur hilang kemungkinan bukan karena penyakit jantung. Namun jika nyeri terus berulang, Listya menyarankan untuk tidak membiarkannya dan memeriksakan diri.

“Tapi juga jangan terlalu parno (paranoid), karena sering kali kurang pemanasan dan latihan yang berlebihan. Jadi terlalu sering tidak dengan tahapan yang benar, itu juga bisa menyebabkan nyeri dada juga,” katanya.

Baca juga: Deg-degan ketika istirahat hingga nyeri dada termasuk gejala aritmia

Listya mengatakan karakteristik nyeri dada yang diharuskan berhenti berolahraga, jika saat berlari dada terus terasa sesak disertai nyeri kepala. Ia mengingatkan untuk tidak langsung berhenti namun dengan mengurangi kecepatan terlebih dahulu atau berjalan.

Selain itu, Listya juga mengatakan untuk melihat kesiapan diri saat ingin mulai berolahraga lari, dan tidak memaksakan diri untuk mengikuti pencapaian orang lain atau hanya takut tertinggal tren atau fear of missing out (fomo).

WHO telah memberi pedoman bahwa bergerak sedikit lebih baik dari pada tidak bergerak sama sekali seperti berjalan minimal 150 menit per minggu.

“Fomo itu boleh, tapi kita harus mengukur sejujur-jujurnya, dan tidak pernah boleh pasang target seperti orang lain. Target kita itu adalah target kita, harus sesuai dengan bagaimana start kita, jadi nggak boleh malu,” kata Listya.

Baca juga: Cara bedakan gejala serangan jantung dan maag

Baca juga: Terbangunnya ekosistem olahraga lari di Indonesia

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |