Dokter beri panduan penanganan bahaya pada anak dengan cepat dan tepat

3 months ago 12

Jakarta (ANTARA) - Bahaya pada anak dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, menuntut respons cepat serta tepat dari orang tua atau pengasuh.

Dokter spesialis anak Abdul Chairy pada seminar penanganan kondisi bahaya pada anak yang diselenggarakan RS Pusat Otak Nasional (PON) bekerja sama dengan Unit Kerja Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia Jakarta secara daring, Selasa, menekankan pentingnya pengetahuan dasar pertolongan pertama untuk meminimalkan risiko cedera lebih lanjut pada anak.

Ia menggarisbawahi bahwa penanganan awal yang benar dapat menyelamatkan nyawa atau mencegah dampak serius.

"Langkah pertama adalah memastikan keamanan lingkungan. Kita harus segera menyesuaikan kondisi sekitar agar tidak terjadi bahaya tambahan. Misalnya, jika anak tidak sadar karena terjatuh di dekat sumber listrik, pastikan sumber listrik telah dimatikan sebelum mendekati anak," ujar dr. Abdul Chairy, Sp.A.

Baca juga: IDI bersinergi laksanakan Program Anak Siaga Tanggap Rawat Luka

Setelah lingkungan aman, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kesadaran anak. Tingkat kesadaran dapat bervariasi, mulai dari sadar penuh, tidak respons saat dipanggil, perlu rangsangan (seperti cubitan ringan), hingga tidak respons sama sekali. Jika anak tidak sadar, pemberian rangsangan diperbolehkan untuk melihat responsnya.

Chairy menjelaskan bahwa prioritas utama setelah mengidentifikasi ketidaksadaran adalah segera mencari bantuan, sambil melakukan pendekatan keselamatan dasar.

Pendekatan itu meliputi pemeriksaan detak jantung atau denyut nadi (dapat dirasakan di leher atau sudut dagu) dan memastikan jalur napas anak terbuka.

"Pada anak, terutama yang lebih muda, lidahnya relatif lebih besar dan lehernya cenderung tertekuk. Ini bisa menghambat jalur napas. Oleh karena itu, penting untuk mendongakkan kepala anak," jelasnya.

Baca juga: Pertolongan pertama anak demam, beri minum sesering mungkin

Namun, ia memberikan peringatan keras untuk kasus kecelakaan yang melibatkan trauma, seperti benturan kepala atau terjatuh dari ketinggian.

"Jika ada dugaan cedera tulang leher, jangan terlalu mendongakkan kepala anak. Cukup posisikan tubuhnya miring dan dongakkan setengah saja untuk menghindari tekanan pada saraf yang bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian," tegasnya.

Untuk kasus henti jantung, dr. Chairy menjelaskan teknik pijat jantung pada anak. "Lakukan pijat jantung dengan kuat, antara 100 hingga 120 kali per menit, selama satu menit penuh," paparnya. Lokasi pijatan adalah di antara kedua puting anak, tepat di tengahnya.

Untuk bayi berusia satu hingga enam bulan, tekanan dapat menggunakan dua jempol atau jari telunjuk. Untuk usia remaja dan dewasa, pijat bisa menggunakan telapak tangan.

Baca juga: Pakar: Madu bisa jadi pertolongan pertama saat anak telan benda asing

Penting diingat, pijat jantung harus dilakukan di atas alas yang keras, bukan di kasur yang lembut, karena fungsi penekanan adalah menggantikan pompa jantung.

Setelah satu menit, evaluasi kembali kondisi anak dan ulangi prosedur bantuan hidup dasar (BHD) hingga bantuan medis profesional tiba.

"Jangan ragu dalam melakukan pijatan. Bagian dada anak masih tulang rawan, elastis. Keraguan justru dapat memperparah kondisi," pungkas dr. Chairy.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa tindakan cepat dan tepat dapat membuat perbedaan signifikan dalam penanganan kecelakaan pada anak.

Seminar penanganan kondisi bahaya pada anak diselenggarakan UK ETIA IDAI Jakarta bekerja sama dengan RS Pusat Otak Nasional dalam rangka memperingati World Emergency Medicine Day 2025, 27 Mei.

Baca juga: Rekomendasi dokter untuk tangani anak diare secara mandiri di rumah

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |