Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menghadirkan "Jakarta Siaga Stroke" sebagai salah satu upaya menanggulangi stroke, penyakit yang menyebabkan jumlah kematian tertinggi kedua di dunia itu.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan "Jakarta Siaga Stroke" tidak hanya terletak pada kemampuan sistem kesehatan dalam merespons keadaan darurat, tetapi juga pada kesadaran masyarakat untuk mengenali gejala awal dan bertindak tepat waktu.
"Kami ingin berupaya untuk memastikan bahwa setiap warga memiliki pengetahuan, memiliki akses dan layanan yang memadai ketika untuk menghadapi risiko stroke," kata dia di Jakarta, Kamis.
Ani menyampaikan, "Jakarta Siaga Stroke" juga menekankan koordinasi yang cepat antara fasilitas kesehatan, layanan gawat darurat, dan tenaga medis terlatih.
Baca juga: DKI butuh 27 "Stroke Ready Hospital" untuk tanggulangi stroke
Detik-detik pertama saat seseorang mengalami stroke merupakan waktu emas (golden period), yaitu kurang dari 4,5 jam sejak munculnya gejala, di mana penanganan medis cepat dapat mencegah kerusakan otak yang lebih luas dan menentukan kualitas hidup mereka di masa depan.
Oleh karena itu, sistem rujukan yang responsif, ketersediaan alat diagnostik, serta layanan rehabilitasi yang berkelanjutan menjadi bagian penting dari konsep ini.
Dalam kesempatan itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi DKI Jakarta, Ali Maulana Hakim mengatakan "Jakarta Siaga Stroke" menunjukkan keseriusan Jakarta menghadapi stroke, penyakit yang menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan terbesar.
"Kami berharap dengan 'Jakarta Siaga Stroke', pencegahan melalui edukasi yang masif ke seluruh warga, perlunya deteksi dini dan respon cepat (penanganan)," kata dia.
Adapun stroke tetap menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Secara global, setidaknya terjadi 7 juta kematian akibat stroke tiap tahunnya, yang menjadikan penyakit ini sebagai penyebab kematian tertinggi kedua di dunia.
Pada tingkat nasional, persentase prevalensi stroke berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencapai 8,3 persen. Berdasarkan data yang sama, DKI Jakarta dengan jumlah penduduk lebih dari 11,7 juta jiwa, tercatat terdapat 24.981 kasus stroke.
Baca juga: "Pasukan Putih" bisa berikan layanan kesehatan pada pasien pascastroke
Baca juga: Pemprov DKI tingkatkan layanan luka bakar dan strok di RSUD Tarakan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































