Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo berencana mengintegrasikan kawasan Lapangan Banteng dengan Gedung AA Maramis II Kementerian Keuangan di Jakarta Pusat.
Pramono menjelaskan penataan ini bertujuan untuk mengintegrasikan ruang hijau antara Lapangan Banteng dan kawasan gedung A.A. Maramis sebagai kerangka kerja pembentukan kawasan heritage Jakarta (Formal-Heritage District).
"Pencanangan ini, bagi saya pribadi, apabila ruang publik semakin banyak di Jakarta, itu akan membuat Jakarta menjadi jauh lebih menarik,” kata Pramono saat dijumpai di Lapangan Banteng, Kamis.
Untuk itu, Pramono berharap, penataan ini dapat menciptakan ruang publik baru di Jakarta.
Baca juga: Alasan Lapangan Banteng dipilih jadi pusat perayaan HUT Jakarta
Dalam kesempatan itu, Pramono menyebut bahwa sejak dibukanya Lapangan Banteng selama 24 jam, taman itu kini berhasil menjadi tempat yang nyaman untuk masyarakat menghabiskan waktunya.
Pramono mengungkapkan, antusiasme warga yang berkunjung ke Lapangan Banteng terlihat ketika gelaran acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Kota Jakarta pada 22 Juni lalu.
Kala itu, sekitar 15.000 warga hadir menikmati rangkaian acara yang dihelat di Lapangan Banteng.
Lebih lanjut, Pramono menjelaskan penataan integrasi ini merupakan wujud kolaborasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kementerian Keuangan RI, menggunakan pembiayaan non-APBD melalui kompensasi pelampauan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) oleh PT Bank Jtrust Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan penataan ini akan dimulai pada Juli 2025 dan ditargetkan selesai Maret 2026.
Baca juga: DKI kaji usulan buka taman 24 jam di tiap wilayah Jakarta
"Kami sudah membiasakan diri untuk membangun tanpa APBD, termasuk di tempat ini. Kami berharap, nantinya masyarakat dapat memanfaatkan ruang publik baru ini dan merawatnya bersama," kata Pramono.
Pendekatan desain yang akan diterapkan di koridor antara Lapangan Banteng dan kawasan Gedung A.A. Maramis memungkinkan terciptanya zona integrasi yang tidak hanya menghubungkan dua titik bersejarah, tetapi juga menghidupkan kawasan sebagai ruang kota yang aktif, edukatif, dan ramah bagi pejalan kaki.
Dengan demikian, integrasi kawasan ini tidak semata bersifat fisik, melainkan juga membangun kembali hubungan manusia dengan ruang sejarah.
Selain itu, desain kawasan juga akan memprioritaskan pejalan kaki sebagai pengguna utama ruang kota.
Baca juga: Jaksel relokasi pedagang burung Barito imbas penyatuan taman ASEAN
Salah satu strategi yang diterapkan adalah konsep woonerf atau shared street yang diperkenalkan oleh Niek De Boer, yaitu sistem jalan yang menghapus batas kaku antara kendaraan dan pejalan kaki.
Alih-alih memisahkan trotoar dan marka jalan secara tegas, ruang dirancang menyatu agar menciptakan pengalaman berjalan kaki yang aman, nyaman, dan terbuka bagi beragam aktivitas sosial.
Desain ini juga akan mengedepankan pedestrian dan pesepeda, dengan menghadirkan elemen-elemen seperti pohon peneduh, tempat duduk, serta permukaan jalan berpola.
Elemen-elemen tersebut tidak hanya memperlambat laju kendaraan, tetapi juga memperkuat kesan ruang bersama yang inklusif.
Baca juga: Pram targetkan penggabungan tiga taman di Jaksel rampung akhir 2025
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.