Samarinda (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memperkuat literasi digital bagi anak-anak sejak usia dini sebagai antisipasi maraknya konten negatif seperti pornografi dan judi di media daring.
Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal di Samarinda, Kamis, mengatakan maraknya tontonan negatif sangat mengkhawatirkan, mengingat anak-anak merupakan generasi digital native yang tumbuh dan berkembang bersama teknologi.
Menurut dia, tanpa pendampingan yang tepat, kemudahan akses internet justru membuka peluang besar terhadap paparan konten berbahaya.
“Internet bukan musuh, tetapi jika tidak ada pendampingan bisa menjadi ancaman. Kita harus ciptakan lingkungan digital yang aman bagi anak-anak,” kata Faisal pada Seminar Hari Anak Nasional bertema “Pencegahan Pornografi pada Anak di Era Digital” di Aula Kesbangpol Kaltim.
Faisal mengungkapkan data pada tahun 2025 sekitar 229 juta penduduk Indonesia atau 80,66 persen populasi telah terhubung ke internet, dengan mayoritas pengguna mengakses melalui ponsel pintar. Bahkan, sebagian anak dan remaja tercatat menghabiskan waktu lebih dari 10 jam per hari di dunia maya.
"Sekitar 10 persen pengguna internet di Indonesia pernah mengakses situs pornografi, dan lebih dari 5 persen membuka situs judi online. Temuan ini menjadi sinyal bahaya yang tidak bisa diabaikan," ujarnya.
Baca juga: Peran orang tua jadi faktor penting agar anak aman di ruang digital
Faisal menekankan pentingnya peran aktif orang tua sebagai pendamping digital anak. Ia mendorong penggunaan fitur pengawasan seperti parental control, pembatasan waktu penggunaan gawai, serta komunikasi terbuka dalam keluarga tentang risiko dunia maya.
“Orang tua harus jadi teman digital bagi anak. Jangan biarkan anak menghadapi dunia maya sendirian,” katanya.
Selain keluarga, ia juga menyoroti peran lembaga pendidikan yang perlu memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum secara sistematis.
Guru, kata dia, perlu dibekali kemampuan untuk mengenalkan risiko digital dan mendorong siswa untuk mengenali serta melaporkan konten berbahaya.
Faisal mengatakan bahwa pemerintah, melalui berbagai regulasi dan kebijakan, terus berupaya menciptakan ruang digital yang aman.
Namun, ia mengingatkan bahwa upaya tersebut tidak akan efektif tanpa keterlibatan seluruh pihak.
Baca juga: Pengamat: Literasi digital jadi kebutuhan mutlak bagi anak
“Melindungi anak dari konten digital berbahaya adalah tanggung jawab bersama. Ini investasi kita bagi masa depan Kalimantan Timur dan Indonesia,” kata Faisal.
Pewarta: Arumanto
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.