Dirjen Saintek kemukakan faktor penyebab rendahnya ekosistem sains RI

3 months ago 27

Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Ahmad Najib Burhani mengungkapkan sejumlah faktor penyebab rendahnya ekosistem sains dan teknologi (saintek) di Indonesia.

"Tentang rendahnya ekosistem saintek itu, itu di antaranya sebetulnya yang kita bisa lihat dari kita itu skor PISA --Programme for International Student Assessment-- kita itu rendah dibandingkan dengan negara yang lain," kata Najib dalam diskusi di Jakarta, Selasa.

Selanjutnya, Najib juga mengungkapkan faktor lainnya adalah kurangnya ahli yang berkenaan dengan kemampuan utama dalam sektor industri di Indonesia.

Ia memaparkan kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh ketiadaan SDM saat membuat industri. Jika orang dengan kemampuan yang tepat sudah ditemukan, maka SDM yang bersangkutan tidak lama kemudian direkrut oleh perusahaan asing.

"Jadi ekosistem kita itu yang ada kita selalu kekurangan dengan talent yang berkaitan ke sains dan teknologi itu," ujarnya.

Baca juga: Program Sekolah Garuda wujudkan akses pendidikan merata bidang Saintek

Selanjutnya, Najib juga menyoroti banyaknya perguruan tinggi yang didominasi oleh jurusan keguruan. Menurutnya hal ini tidak salah, namun jika dibandingkan dengan jurusan saintek, perbandingannya sangat jauh.

Keempat, ia memaparkan faktor yang berkenaan dengan hal ketiga, yaitu minimnya minat siswa untuk mempelajari bidang ilmu saintek.

Mantan Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora (OR IPSH), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menilai hal tersebut salah satunya disebabkan oleh asosiasi keilmuan di Indonesia yang saat ini perannya tidak hidup dan juga tidak mati.

"Asosiasi berbagai keilmuan yang ada, yang biasanya kalau kita lihat di luar negeri, mereka selalu mengadakan konferensi tentang pembangunan keilmuan setiap tahun, atau paling tidak dua tahun sekali. Nah di kita itu asosiasi keilmuan menjadi sesuatu yang sifatnya kadang-kadang politik," ucapnya.

Oleh karena itu, Najib menekankan hal ini menjadi perhatian Kemdiktisaintek dalam mewujudkan budaya masyarakat yang cinta ilmu pengetahuan.

Salah satunya, kata dia, melalui pembukaan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Center di berbagai kampus dan perpustakaan di Indonesia, yang akan dibuka untuk umum.

"Kita ingin membuat orang itu mencari hiburan tidak hanya di mal, tetapi juga di perpustakaan dan di kampus-kampus dan sebagainya," tutur Ahmad Najib Burhani.

Baca juga: Wamen Stella optimistis Indonesia mampu berbenah di bidang saintek

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |