Jakarta (ANTARA) - Center of Reform on Economics (CORE) mendorong pemerintah untuk melakukan pengetatan impor guna melindungi industri domestik dari serbuan barang impor ilegal murah.
Dalam laporan CORE Mid-Year Economic Review 2025 yang dirilis di Jakarta, Jumat, lembaga think tank tersebut menyoroti urgensi pengetatan verifikasi impor yang melibatkan jasa testing, inspection, and certification (TIC) untuk membendung masuknya produk ilegal dan murah yang merugikan produsen dalam negeri.
Selain itu, laporan tersebut merekomendasikan penambahan anggaran subsidi untuk industri kunci seperti makanan-minuman, petrokimia, logam dasar, dan elektronik.
“Subsidi ini bisa berupa subsidi energi dan infrastruktur pendukung yang dapat menekan biaya produksi, sehingga industri dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor,” demikian laporan tersebut.
Baca juga: Wamenperin minta industri kereta bidik potensi pasar Rp1,57 kuadriliun
Tak hanya itu, CORE juga menekankan pentingnya optimalisasi penyerapan produk lokal. Pemerintah, melalui Bulog, didorong untuk menambah komoditas strategis lain selain beras, seperti jagung dan daging ayam.
CORE juga merekomendasikan pemberian subsidi kepada industri hilir agar mereka memprioritaskan penggunaan bahan baku domestik.
Contohnya, subsidi jagung untuk pakan ternak bagi peternak skala kecil yang diharapkan dapat menekan biaya operasional mereka.
Langkah lainnya adalah mempercepat hilirisasi komoditas pertanian menjadi produk bernilai tambah.
Baca juga: Satgas Hilirisasi jelaskan upaya RI produksi mobil listrik domestik
CORE menekankan pentingnya membangun keterkaitan (linkage) yang kuat antara petani/peternak dengan industri menengah-besar.
Dukungan modernisasi teknologi, mulai dari tahap produksi, pasca-panen, hingga pengolahan, dinilai krusial untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar.
CORE menyebut langkah-langkah strategis ini perlu segera dilakukan untuk mempercepat pemulihan dan menjaga momentum pertumbuhan, terutama setelah perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 menjadi 4,87 persen.
CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 melambat ke kisaran 4,7 - 4,8 persen, turun dari 4,87 persen pada kuartal I.
Baca juga: Kemenperin perkuat sertifikasi manajemen industri pacu produktivitas
Perlambatan ini dipicu oleh sejumlah masalah mulai dari konsumsi rumah tangga yang terus melemah, kontraksi belanja pemerintah, hingga pertumbuhan investasi yang masih lamban.
Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2025, pertumbuhan diperkirakan berada di level 4,6 - 4,8 persen.
Baca juga: DPR RI apresiasi penyegelan barang impor ilegal China
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.