Jakarta (ANTARA) -
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan BUMN PT Semen Indonesia Persero Tbk (SIG) meneken kerja sama untuk mengembangkan penggunaan beton hijau yang ramah lingkungan guna pembangunan infrastruktur kawasan pesisir dan laut.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Cuk Supriyadi Ali Nandar mengatakan, beton hijau ini diharapkan lebih ramah lingkungan dibandingkan beton konvensional karena lebih rendah emisi, diproduksi dengan energi yang lebih efisien, namun tetap berkualitas tinggi.
“Kedua pihak memiliki kesamaan visi untuk memajukan bangsa dan negara. Kerja sama ini menjadi kontribusi untuk melindungi pantai-pantai dari abrasi dengan memberi lapis lindung,” kata Supriyadi dalam keterangan diterima di Jakarta, Jumat.
Penandatanganan Kerja Sama Pengembangan Beton Hijau untuk Infrastruktur Kawasan Pesisir dan Laut itu dilakukan oleh Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari dan Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN Teguh Muttaqie.
Baca juga: AHY: Proyek tanggul laut raksasa diwujudkan untuk lindungi pesisir
Supriyadi mengatakan, BRIN akan membuat lapis lindung menggunakan teknologi beton yang ramah lingkungan tanpa mengesampingkan kualitas dan sesuai dengan peruntukan di wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN Teguh Muttaqie menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam kerja sama ini BRIN dan SIG akan memformulasikan material baru, contohnya waste material seperti fly ash dan slag nikel, dalam komposisi beton hijau sehingga tercipta desain baru yang dapat digunakan untuk proyek tanggul, infrastruktur pelabuhan dan kawasan pesisir lainnya.
“Beton konvensional membutuhkan banyak energi yang berdampak pada perubahan iklim. Saya yakin SIG memiliki strategi dan inisiatif untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan menerapkan teknologi bersih dan hijau” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama SIG Donny Arsal mengatakan, di tengah persaingan ketat, perseroan ingin menjaga komitmen dalam memproduksi bahan bangunan ramah lingkungan yang merupakan bagian dari upaya dekarbonisasi.
Saat ini, kata dia, semen hijau perseroan lebih rendah emisi karbon hingga 38 persen dibandingkan semen konvensional. Setelah berhasil memproduksi semen hijau untuk kawasan pesisir, kerja sama dengan BRIN ini diharapkan memperluas pengembangan dalam produksi beton hijau untuk kawasan pesisir.
"Kami telah berkolaborasi dengan BRIN untuk berbagai kegiatan penelitian terapan, dan saat ini kami kembali bekerja sama dalam pengembangan beton hijau untuk mendukung pembangunan infrastruktur kawasan pesisir dan laut,” ujarnya.
Dia mengatakan, produk bahan bangunan rendah karbon semakin dibutuhkan dalam urgensi penanganan dampak perubahan iklim dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan.
Hal itu pun sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto untuk melanjutkan pengembangan infrastruktur. Di lingkungan ekstrem seperti kawasan pesisir dan laut, struktur beton berisiko lebih mudah keropos.
Baca juga: SIG memaksimalkan potensi ekspor ke AS untuk dongkrak penjualan
Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari menyampaikan, dalam riset ini kedua pihak akan mengembangkan produk beton hijau yang memiliki ketahanan tinggi di lingkungan ekstrem seperti kawasan pesisir dengan memperhatikan aspek infrastruktur pesisir dan kekhususan bahan baku yang dipakai, sehingga lebih unggul dari beton konvensional. Beton hasil pengembangan ini juga, kata Reni, lebih ramah lingkungan karena menggunakan material rendah karbon.
“Kami berharap hasil riset ini menjadi solusi atas kebutuhan konstruksi di daerah-daerah pesisir, terutama yang telah mengalami peningkatan level permukaan air,” kata Reni
Kerja sama ini, kata dia, akan menghasilkan beton dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat, termasuk gelombang, pasang surut, dan korosi akibat ion klorida.
Beton ini akan memiliki formulasi khusus untuk lingkungan laut dengan peningkatan kepadatan, daya tahan dan masa layan beton, sehingga mengurangi biaya perawatan dan kokoh dalam jangka panjang.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025