Pekanbaru, Riau (ANTARA) - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bertolak ke Provinsi Riau guna mendapat laporan terkait peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla), termasuk 51 tersangka yang telah diamankan sepanjang Januari-Juli 2025.
Setelah mendarat di Lapangan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Senin, Wapres Gibran langsung menuju Posko Karhutla untuk mendapat laporan terkait penanganan karhutla di Provinsi Riau
"Tadi sudah dipaparkan ads 51 orang yang menjadi tersangka. Ke depan yang namanya penegakan hukum, monitoring, deteksi awal, itu penting sekali," kata Wapres saat memberikan keterangan pers di Pekanbaru, Riau, Senin.
Wapres menjelaskan bahwa penegakan hukum, monitoring dan deteksi awak titik api sangat penting untuk mengatasi persoalan karhutla yang kerap berulang.
Gibran mengaku telah berkoordinasi dengan Gubernur Riau untuk penegakan hukum terhadap pelaku karhutla.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolda Riau Irjen Pol. Herry Heryawan menjelaskan bahwa kejadian karhutla di Riau ini murni kesalahan manusia yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
"Jadi 51 (tersangka) , ini merata. Dan kejadian pembakaran ini serentak mulai tanggal 18 (Juli 2025). Jadi ada upaya struktur dan sistematis," kata Kapolda.
Kapolda menilai pembakaran hutan dan lahan menjadi modus agar perusahaan bisa menanam kelapa sawit kembali di lahan yang sudah dibakar.
"Ini sebenarnya modus saja. Karena sebaran yang terbakar dari kelapa sawit milik perusahaan itu, itu bersebaran semua. Modusnya itu tipu-tipu," kata Kapolda.
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta satuan tugas desk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap siaga hingga Agustus 2025, seiring dengan masih berlangsungnya puncak musim kemarau di sejumlah wilayah.
secara khusus untuk Provinsi Riau, curah hujan pada 10 hari pertama Agustus diperkirakan sangat rendah, yakni 20–50 milimeter terutama di wilayah utara dan barat. Pada dasarian kedua dan ketiga, curah hujan diperkirakan meningkat hingga 150 milimeter per 10 hari.
Meski terjadi peningkatan curah hujan, indeks FFMC/Fine Fuel Moisture Code menunjukkan tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah masih tergolong sangat tinggi dan akan mulai signifikan pada 30 Juli 2025, lalu menurun setelah 3 Agustus.
Baca juga: Tinjau kebakaran Tambora-Jakarta, Gibran fokus pada pemulihan warga
Baca juga: Wapres: PLTSa harus didukung dari hulu ke hilir, sampah harus dipilah
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.