Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China tetap berharap agar pemerintah Paraguay dapat mengakui "prinsip Satu China" dan memulai hubungan diplomatik dengan Tiongkok, bukan Taiwan.
"Masyarakat dari berbagai sektor di negara-negara Amerika Latin, termasuk dari Paraguay, telah mengunjungi China dalam beberapa tahun terakhir. Ada pandangan yang disepakati secara luas di antara mereka bahwa Paraguay perlu berhenti mengabaikan China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa.
Hal itu disampaikan menyusul pernyataan Presiden Paraguay Santiago Pena, Senin (14/7) yang mengatakan pemimpin Taiwan Lai Ching-te akan berkunjung ke negara tersebut pada Agustus 2025 dan kemungkinan juga akan singgah ke beberapa lokasi penting di Amerika Serikat seperti New York dan Texas.
Paraguay adalah satu dari 12 negara yang masih memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan dan satu-satunya negara di Amerika Selatan.
"Prinsip 'Satu China' merupakan norma dasar dalam hubungan internasional dan konteks internasional. Menegakkan prinsip 'Satu China' adalah hal yang benar untuk dilakukan dan di dalamnya terdapat sejarah panjang dan tren opini publik yang semakin terlihat," tambah Lin Jian.
Lin Jian pun berharap agar Paraguay dapat segera mengakui prinsip "Satu China" sebelum terlambat.
"Kami mendesak pemerintah Paraguay untuk berhenti melawan tren zaman, dan menolak dimanipulasi dan dimanfaatkan oleh kekuatan 'kemerdekaan Taiwan'. Pemerintah Paraguay perlu mendengarkan aspirasi rakyat Paraguay, dan membuat pilihan yang tepat yang benar-benar melayani kepentingan mendasar dan jangka panjang rakyatnya sesegera mungkin," jelas Lin Jian.
Ia juga berharap negara-negara Amerika Latin dan Karibia melihat tren yang sama, mengambil keputusan bijak dalam isu-isu terkait Taiwan dan bergabung dengan keluarga besar Kerja Sama China dan Amerika Latin sesegera mungkin.
Sedangkan terkait kemungkinan Lai akan singgah di AS, China dengan tegas menentang segala bentuk interaksi resmi antara AS dan Taiwan.
"Kami menentang kunjungan apa pun ke AS oleh para pemimpin Taiwan, apa pun alasan. AS tidak boleh dengan cara apa pun membantu atau mendukung separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan aktivitas separatis mereka," ungkap Lin Jian.
AS, kata Lin Jian, perlu memahami sepenuhnya sensitivitas tinggi masalah Taiwan, mematuhi prinsip 'Satu China' dan tiga komunike bersama Tiongkok-AS, serta menangani masalah Taiwan dengan ekstra hati-hati.
Lai belum pernah pergi ke Amerika Serikat sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya, meskipun pada akhir 2024 Lai sempat transit di Hawai dan Guam saat mengunjungi negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik.
Di Hawai, Lai sempat melakukan panggilan telepon dengan mantan Ketua DPR Nancy Pelosi di mana mereka membahas "ancaman militer" dari China.
Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) dinilai sebagai pemimpin Taiwan yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan Taiwan. Namun, Beijing menyebut dia "berbahaya" dan menjadi salah satu "kelompok separatis" sehingga dapat memicu konflik lintas Selat.
Di bawah kepemimpinan mantan pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen dari DPP sejak 2016, Taiwan mengambil sikap keras menentang Beijing serta prinsip "Satu China" yang mengatakan bahwa Taiwan merupakan wilayah di bawah kekuasaan Beijing.
Saat ini hanya 12 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan yaitu Belize, Guatemala, Paraguay, Haiti, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Kepulauan Marshall, Palau, Tuvalu, Eswatini dan Vatikan.
Baca juga: China kritik DPR AS loloskan aturan yang dukung Taiwan gabung ke IMF
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.