Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) RI menyosialisasikan pentingnya penggunaan sistem deteksi dini Emergency Position Indicating Radio (EPIRB) kepada perusahaan pelayaran, khususnya di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
"Dalam konteks sistem deteksi dini, alat EPIRB harus dimiliki oleh kapal apabila terjadi hal kedaruratan," kata Deputi Bidang Sarana Prasarana dan Sistem Komunikasi Basarnas Marsekal Muda TNI Dr Widyargo Ikoputra saat membuka sosialisasi sistem deteksi dini tahun 2025 di Kantor SAR Tanjungpinang Kepri, Selasa.
Menurut dia, EPIRB dapat memberikan informasi lokasi terjadinya insiden serta bagaimana SOP yang harus dijalankan agar peralatan ini dapat berfungsi dengan baik.
EPIRB adalah alat pemancar sinyal darurat yang dirancang untuk mengaktifkan alarm dan mengirimkan lokasi kapal dalam keadaan bahaya melalui sistem deteksi dini yang dimiliki Basarnas.
Perangkat ini bekerja dengan memancarkan sinyal radio ke satelit. Sinyal tersebut kemudian diterima dan diteruskan ke Stasiun Bumi MEOLUT Basarnas di Jonggol, selanjutnya data diolah dan secara otomatis dikirimkan ke Basarnas Command Center (BCC) di Kantor Pusat Jakarta.
"Setelah diverifikasi, BCC akan meneruskan informasi darurat itu untuk ditindaklanjuti Kantor SAR terdekat dengan lokasi kejadian," ungkapnya.
Ia menjelaskan beberapa manfaat dari penggunaan EPIRB, antara lain EPIRB modern dilengkapi dengan GPS, sehingga mampu memberikan informasi posisi yang akurat. Hal ini sangat krusial dalam mempersempit area pencarian, menghemat waktu dan sumber daya.
Kemudian respons cepat, sinyal darurat yang dipancarkan EPIRB memungkinkan Basarnas dapat segera mengetahui lokasi dan terjadinya insiden untuk melaksanakan operasi penyelamatan.
Berikutnya, dengan adanya EPIRB lokasi terjadinya insiden akan dapat diketahui, sehingga potensi awak dan penumpang kapal untuk diselamatkan menjadi lebih tinggi.
Kendati demikian, memiliki EPIRB saja tidaklah cukup, ada satu komponen penting yang seringkali luput dari perhatian namun krusial untuk memastikan EPIRB berfungsi optimal saat dibutuhkan, yaitu Hydrostatic Release Unit (HRU).
HRU adalah mekanisme otomatis yang dirancang untuk melepaskan EPIRB dari dudukannya dan mengapungkannya ke permukaan air jika kapal tenggelam pada kedalaman tertentu. Tanpa HRU yang berfungsi dengan baik, EPIRB mungkin tidak akan terlepas dari kapal yang tenggelam, sehingga sinyal darurat tidak dapat terpancar dan menjadi sia-sia.
Melalui sosialisasi ini, Marsekal Muda Widyargo turut mengimbau seluruh pemangku kepentingan pelayaran secara rutin dan teliti memastikan HRU yang terpasang pada EPIRB di kapal agar selalu dalam kondisi laik, sesuai dengan standar dan masa pakai yang ditentukan oleh pabrikan.
"Lakukan pemeriksaan berkala, ganti HRU yang sudah kedaluwarsa, dan pastikan tidak ada halangan fisik yang dapat menghambat pelepasan otomatis EPIRB," katanya.
Sementara, Kepala Kantor SAR Tanjungpinang Pazzli menyampaikan sosialisasi ini merupakan bentuk keseriusan bersama guna meningkatkan keselamatan dan kecepatan respons pada kondisi darurat, khususnya dalam operasi pencarian dan
pertolongan.
Kegiatan ini mendorong pemahaman dan pemanfaatan alat deteksi dini, seperti EPIRB, ELT Emergency Locator Transmitter (ELT), maupun Personal Locator Beacon (PLB).
Alat-alat itu bukan sekadar perangkat teknologi, tetapi penentu akurasi lokasi, penyelamat waktu, dan penjaga keselamatan awak maupun penumpang dalam berbagai moda transportasi laut maupun udara. Semakin cepat posisi darurat terdeteksi, semakin besar peluang korban untuk selamat.
Melalui sosialisasi ini, diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan pemahaman dari seluruh pemangku kepentingan, operator transportasi, hingga masyarakat pengguna alat transportasi.
"Pentingnya alat deteksi dini tidak hanya untuk mempercepat respons, juga sebagai salah satu indikator kepatuhan terhadap standar keselamatan internasional," kata Pazzli.
Baca juga: Basarnas sosialisasi sistem deteksi dini bahaya saat berlayar
Baca juga: INSA: Haji jalur laut punya potensi ekonomi sekaligus tantangan besar
Baca juga: Pelindo tingkatkan layanan pelabuhan setelah alur pelayaran terbuka
Pewarta: Ogen
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.