Tulungagung, Jawa Tinur (ANTARA) - Bencana bencana banjir bandang melanda empat desa di dua kecamatan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu.
Selain merendam puluhan hektare sawah di Desa Simo dan Majan, Kecamatan Kedungwaru, banjir juga menyebabkan ratusan rumah di Desa Podorejo dan Mojosari, Kecamatan Kauman terdampak banjir cukup parah.
Genangan banjir juga menutup ruas jalan raya jurusan Tulungagung-Kediri sehingga membuat arus lalu lintas melambat di titik utara simpang empat Cuwiri.
Kabid Kedaruratan Bencana dan Logistik BPBD Tulungagung, Gilang Zelakusuma, mengatakan, banjir terjadi di dua titik sekitar Kota Tulungagung, yakni di sekitar Desa Majan-Simo, Kecamatan Kedungwaru, dan di Desa Podorejo-Mojosari, Kecamatan Kauman.
"Untuk yang di Podorejo (dan Mojosari) ini merupakan banjir kedua kalinya terjadi akibat air sungai meluap dan masuk permukiman," katanya menjelaskan.
Tidak ada korban jiwa ataupun kerusakan berarti. Namun banjir dengan ketinggian hingga pinggang orang dewasa (hampir 1 meter) itu menyebabkan aktivitas warga terganggu.
Arus lalu lintas sempat terputus sebelum beberapa kendaraan nekat melintasi banjir.
Gilang menyebut pihaknya tidak bisa berbuat banyak di kasus banjir Podorejo karena memang wilayah itu selalu terdampak luapan air Sungai Song yang mengalami pendangkalan.
Baca juga: BNPB: 4.834 KK pada 15 desa di Gresik terdampak banjir 20-100 cm
Baca juga: BPBD: Kaltim merupakan daerah rawan banjir dan tanah longsor
"Namun kami tetap siaga jika ada warga yang harus dievakuasi atau situasi bersifat kedaruratan," katanya.
Sementara itu, banjir juga terjadi di wilayah Majan, Kecamatan Kedungwaru imbas tanggul sungai jebol sepanjang 50 meter.
Akibatnya seratusan hektare sawah di dua desa (Desa Majan dan Simo) terendam air sehingga mirip danau.
Perangkat Desa Majan, Bastomi, jelaskan kejadian tanggul jebol diketahui oleh warga sekitar pukul 14.30 WIB saat turun hujan deras.
Menurut dia, sebelum jebol kondisi tanggul sudah keropos dan sudah dilaporkan ke Perum Jasa Tirta, namun belum ada tanggapan.
"Yang rawan jebol ini bukan hanya di sini saja," kata Bastomi.
Di konfirmasi terpisah, Kepala Sub Divisi Pengelolaan Sumber Daya Air PS Brantas 2 Perum Jasa Tirta 1, Sony Hariono, mengungkapkan tanggul yang jebol sudah masuk rencana perbaikan tahun ini. Namun sebelum terealisasi, tanggul sudah tak mampu menahan tekanan air.
Pihaknya langsung melakukan survei pada tanggul yang jebol. Dari AWLR (Automatic Water Level Recorder) yang memantau ketinggian air tiap jam, ketinggian air saat kejadian menunjukkan siaga merah.
"Besok rencana kita darurat dulu pakai kantong pasir dan bambu," kata Sony.
Baca juga: BNPB: Petugas dirikan tenda pengungsian bagi korban banjir di Surakarta
Baca juga: BNPB: Waspada potensi banjir susulan di Jawa Timur
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025