Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berupaya menjaga keberadaan Suku Mengkanau yang merupakan suku asal warga Desa Namang agar tidak hilang seiring perkembangan zaman.
"Di Bangka Belitung, kalau tidak salah ada enam suku tua atau suku asli dan salah satunya Suku Mengkanau di Desa Namang," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman di Koba, Kamis.
Algafry menjelaskan keturunan orang Namang itu berasal dari Suku Mengkanau atau suku nenek moyang tetapi sangat minim jejak sejarah yang menelisik asal usul suku tersebut.
"Suku Mengkanau ini konon kabarnya diturunkan dari Kerajaan Sriwijaya, tentu nilai historisnya sangat menarik dan sarat dengan makna kearifan lokal," katanya.
Baca juga: Merawat tradisi Suku Mengkanau Bangka Tengah lewat "Murok Jerami"
Justeru itu, kata dia, upaya pelestarian harus dilakukan melalui inventarisasi dan pendataan secara komprehensif oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora).
"Setiap tahun kami juga menggelar ritual adat Murok Jerami yang merupakan tradisi Suku Mengkanau sebagai bentuk pelestarian," ujarnya.
Murok Jerami kata Algafry sudah masuk dalam agenda tahunan dari Disbudparpora, karena bagian dari tradisi budaya yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Murok Jerami merupakan ritual adat berupa makan bersama di rumah panggung sambil membacakan tahlil dan doa bersama sebagai ungkapan syukur atas hasil panen padi sawah.
Baca juga: Pemkab Bangka Tengah lestarikan Suku Mengkanau
Kepala Desa Namang Zaiwan mengatakan Suku Mengkanau sudah ada di Namang sejak 350 tahun silam. Bahkan sebelum menjadi Desa Namang, nama desa tersebut adalah Mengkanau.
"Saya termasuk keturunan Mengikanau, dulu 'atok kek nek' (nenek moyang kami) tinggal di pedalaman hutan Pelawan yang sekarang sudah menjadi objek wisata Hutan Pelawan," ujarnya.
Namun seiring perkembangan zaman, kata dia, orang Mengkanau yang sebelumnya hidup menyatu dengan alam mulai pindah lebih dekat ke pinggir jalan dan membaur dengan warga lainnya.
"Kemudian ada yang menikah dengan penduduk yang bukan keturunan Mengkanau, sehingga keberadaan suku ini mulai hilang. Bahkan keturunan dari hasil perkawinan silang itu mulai disebut dengan orang Melayu atau Suku Melayu Bangka," ujarnya.
Baca juga: Bahasa Suku Sekak di Pulau Bangka terancam punah
Pewarta: Ahmadi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.