Anwar Ibrahim: Hari Malaysia simbol tekad leluhur menentang penjajahan

3 hours ago 2

Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut peringatan Hari Malaysia 16 September sebagai simbol tekad dan perjuangan leluhur di masa lalu dalam menentang penjajahan.

"Hari libur nasional ini merupakan simbol dan tekad para leluhur kita yang berani menentang penjajahan, memberantas segala bentuk penyimpangan, dan menegakkan teguh harkat dan martabat bangsa dalam persatuan yang beragam namun harmonis," kata Anwar dalam keterangannya di Kuala Lumpur, Selasa (16/9).

Dia mengatakan setiap tanggal 16 September, rakyat Malaysia senantiasa diingatkan pada lembaran sejarah yang telah menyatukan berbagai daerah dengan latar belakang dan budaya yang berbeda ke dalam satu cita-cita nasional bernama Malaysia.

"Inilah hari di mana kita senantiasa memperbarui tekad kita dalam merayakan keberagaman ini sebagai anugerah yang memperkokoh prinsip-prinsip persaudaraan," katanya.

Anwar menegaskan bahwa kekuatan Malaysia berakar pada rakyat yang menyalakan api kemanusiaan, keadilan, dan solidaritas, di samping lembaga-lembaga negara dan pemerintahan yang berwibawa.

"Negara ini didirikan dengan darah, keringat, dan air mata generasi-generasi terdahulu yang telah menyalakan dan membakar obor kebebasan," kata dia.

Oleh karena itu, amanah yang dipikul saat ini adalah memastikan obor tersebut terus menyala sebagai penuntun untuk mengatasi tantangan era baru, kata Anwar.

"Mari kita rayakan Hari Malaysia bersama dengan memperkuat tekad dan cita-cita luhur kita, serta berkomitmen pada kerangka kerja yang menjunjung tinggi martabat manusia, menolak korupsi, menghindari perpecahan, dan menjadikan negara ini teladan kepemimpinan yang berwibawa di kawasan ini dan dunia internasional," ujarnya.

Menurut Anwar, Malaysia harus terus ditampilkan sebagai negeri yang adil, makmur, dan beradab yang diwariskan kepada anak-cucu sebagai bangsa yang kuat dan bermartabat.

Hari Malaysia dirayakan untuk memperingati pembentukan federasi Malaysia pada 16 September 1963. Saat itu, tanah Melayu, Borneo Utara (kini Sabah), Sarawak, dan Singapura, bergabung untuk membentuk Malaysia.

Semula pembentukan federasi baru direncanakan pada 1 Juni 1963, tetapi diputuskan untuk ditunda hingga 31 Agustus 1963 agar bersamaan dengan tanggal kemerdekaan Malaysia. Namun, Indonesia dan Filipina menentang rencana itu, sehingga pembentukan federasi ditunda hingga 16 September 1963.

Peringatan Hari Malaysia 2025 dipusatkan di Penang, Malaysia.

Baca juga: Organisasi kepemudaan Malaysia dukung seruan Anwar di KTT Darurat Doha
Baca juga: KTT Darurat Arab-Islam, Malaysia serukan akhiri hubungan dengan Israel

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |