Anggota DPR: Tenaga kesehatan Indonesia harus berstandar dunia

3 weeks ago 7

Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani mendorong peningkatan standar tenaga kesehatan Indonesia ke standar dunia untuk mengimbangi pesatnya pembangunan rumah sakit (RS) berstandar internasional di tanah air.

Netty mengingatkan adanya paradoks besar yang tidak boleh diabaikan, yakni mutu dan rekognisi tenaga kesehatan Indonesia belum diakui di tingkat global, sehingga berpotensi membuat fasilitas tersebut justru diisi oleh profesional asing, bukan tenaga lokal.

“Kalau kita membangun RS internasional tetapi tenaga kesehatannya belum memenuhi standar internasional, siapa yang akan bekerja di sana? Jangan sampai fasilitas megah itu justru menjadi panggung bagi dokter asing,” kata Netty dalam RDP Komisi IX bersama Kemenkes, Diktiristek, KKI, dan Kolegium Kesehatan Indonesia di Ruang Rapat Komisi IX, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu.

Netty menilai akar persoalan terletak pada standar pendidikan kesehatan di Indonesia yang masih belum seragam dan belum terharmonisasi dengan benchmark global.

Mulai dari kurikulum, jam praktik klinis, model asesmen, hingga standar kompetensi, semuanya belum berada pada level yang dibutuhkan untuk memperoleh rekognisi internasional.

“Kita tidak bisa bicara internasional kalau di dalam negeri saja standar pendidikan masih berbeda antarkampus, antarkota, bahkan antarprovinsi,” ujarnya.

Menurutnya, Kemenkes, Diktiristek, KKI, dan seluruh kolegium harus duduk bersama untuk menyusun roadmap nasional menuju rekognisi global.

Ia menekankan bahwa proses harmonisasi tidak boleh menunggu momentum, tetapi harus dimulai saat ini juga agar Indonesia tidak tertinggal jauh dari negara lain di kawasan ASEAN.

“Kalau kualitas tidak dikejar sekarang, kita akan menjadi penonton di negeri sendiri. Kita punya potensi besar, tapi kalau tidak disejajarkan dengan standar dunia, tenaga kita tidak akan dianggap,” kata Netty.

Netty menambahkan bahwa isu rekognisi internasional bukan hanya soal kompetensi dokter, tetapi juga menyangkut seluruh tenaga kesehatan, mulai dari perawat, bidan, tenaga laboratorium, radiografer, hingga fisioterapis.

Menurutnya, keberhasilan RS internasional tidak hanya bergantung pada dokter, tetapi pada keseluruhan sistem layanan kesehatan.

“Harus menyeluruh, bukan parsial. Kalau hanya dokter yang ditingkatkan, tetapi perawat atau analis laboratoriumnya tidak, kualitas pelayanan tetap tidak akan setara dengan rumah sakit di luar negeri,” katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia harus menyiapkan strategi jangka panjang agar tenaga kesehatan lokal tidak tersingkir dalam kompetisi global di negeri sendiri. Selain harmonisasi standar, peningkatan kualitas UKOM, pemerataan fasilitas pendidikan, hingga penguatan rumah sakit pendidikan menjadi bagian penting dari agenda besar tersebut.

“Ini bukan hanya soal bangunan RS yang megah. Ini soal memastikan rakyat Indonesia mendapatkan pelayanan terbaik oleh tenaga kesehatan bangsa sendiri,” tutur Netty.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |