Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Achmad Ru’yat mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memperkuat upaya pencegahan penyakit yang masih kerap mengancam masyarakat kecil.
“Cacingan ini bisa menyebar luas. Kemenkes harus hadir dengan langkah pencegahan sebelum penyakit ini merebak, termasuk edukasi kesehatan, perbaikan sanitasi, dan pemeriksaan kesehatan rutin bagi keluarga kurang mampu,” kata Ru'yat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Hal itu dia sampaikan untuk menanggapi kasus meninggalnya seorang balita berusia 4 tahun bernama Raya di kawasan Sukabumi, Jawa Barat, yang diduga akibat adanya cacing di tubuh balita tersebut.
Ru'yat pun mengaku prihatin dan meminta pihak terkait untuk menemukan penyebab utama kematian balita itu secara akurat.
“Saya sangat prihatin. Ada balita bernama Raya yang meninggal dunia diduga karena cacingan. Memang penyebab utama harus didiagnosis secara akurat, tetapi ini menunjukkan kondisi keluarga yang rentan dan minim perhatian kesehatan,” ujar dia.
Lebih lanjut, ia menyampaikan cacingan bukan merupakan penyakit baru. Akan tetapi, menurutnya, hingga kini penyakit itu masih menjadi persoalan serius karena erat kaitannya dengan sanitasi yang buruk dan lingkungan yang tidak sehat. Ru'yat menilai pemerintah perlu turun tangan lebih serius agar kasus serupa tidak kembali terjadi.
Baca juga: Pakar: Jangan sepelekan cacingan, bisa picu komplikasi penyakit serius
Menurut dia, kasus tersebut pun menjadi miniatur persoalan kesehatan masyarakat di akar rumput. Ia menilai perhatian terhadap keluarga miskin, yang sering menghadapi kondisi kesehatan tidak stabil, belum sepenuhnya optimal.
Ia lalu menegaskan komitmennya untuk terus mengawal dan menyampaikan isu kesehatan rakyat kecil, termasuk pencegahan penyakit menular yang kerap terabaikan kepada Kementerian Kesehatan, agar setiap anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan terlindungi.
“Ini harus menjadi perhatian, terutama bagi Kemenkes, agar tidak hanya reaktif setelah ada korban, tetapi hadir dengan kebijakan preventif yang nyata di lapangan,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman menyebutkan bahwa dalam kasus yang menimpa balita di Sukabumi, jenis cacing yang menyebabkan penyakitnya adalah cacing gelang. Jenis cacing itu berukuran paling besar sehingga bisa dilihat dengan mata biasa dan mudah dikenali dengan ukuran berkisar antara 10–35 cm.
"Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus halus kemudian menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru hingga bisa menyebabkan terjadinya Pneumonia, dengan gejala batuk, pilek, tidak sembuh dalam waktu lama, bisa keluar cacing dari hidung dan sesak nafas," katanya.
Ia mengatakan penanganan penderita cacingan dapat dilakukan ke puskesmas.
"Obatnya gratis disediakan pemerintah, yaitu Albendazol," kata dia.
Selain itu, pemerintah juga membagikan obat cacing gratis, yang diberikan dua kali dalam satu tahun pada anak usia 1–12 tahun, bersamaan dengan pembagian vitamin di posyandu, atau bersamaan dengan kegiatan UKS di sekolah.
Baca juga: Kemenkes: Terapkan PHBS dan makan Albendazol guna cegah cacingan
Baca juga: Eks Direktur WHO ungkap pelajaran kasus anak tubuhnya dipenuhi cacing
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.