Anemia bukan sekadar kurang darah, ini penyebab dan faktor risikonya

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Anemia masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui, namun kerap luput dari perhatian. Banyak orang baru menyadari kondisinya ketika tubuh mulai terasa mudah lelah, pucat, atau sering pusing tanpa sebab yang jelas.

Padahal, anemia bukanlah penyakit tunggal, melainkan kondisi yang dapat dipicu oleh beragam faktor, mulai dari kekurangan nutrisi hingga gangguan kesehatan tertentu.

Memahami berbagai penyebab anemia serta faktor risiko yang memicunya menjadi langkah penting agar kondisi ini dapat dicegah dan ditangani lebih dini sebelum menimbulkan dampak yang lebih serius bagi kesehatan tubuh.

Berikut ini adalah penyebab dan faktor risiko anemia, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Penyebab anemia

Anemia merupakan kondisi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat atau kadar hemoglobin berada di bawah normal. Akibatnya, kemampuan darah dalam mengangkut oksigen menurun sehingga jaringan dan sel-sel tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksemia). Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi kerja berbagai organ secara keseluruhan.

Secara umum, anemia dapat terjadi karena tiga mekanisme utama, yaitu:

• Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi

• Kehilangan darah dalam jumlah berlebihan

• Kerusakan atau penghancuran sel darah merah yang berlangsung terlalu cepat

Berdasarkan penyebabnya, berikut beberapa jenis anemia yang paling sering ditemukan.

1. Anemia akibat kekurangan zat besi

Kondisi ini muncul ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin (Hb). Penyebabnya bisa karena asupan zat besi yang kurang dari makanan, atau gangguan penyerapan zat besi di saluran pencernaan, seperti pada penderita penyakit celiac.

2. Anemia pada masa kehamilan

Pada ibu hamil, kadar hemoglobin umumnya memang sedikit lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak hamil. Hal ini terjadi karena kebutuhan hemoglobin meningkat selama kehamilan.

Tubuh memerlukan lebih banyak zat besi, vitamin B12, dan asam folat untuk mendukung pembentukan darah. Jika kebutuhan nutrisi tersebut tidak terpenuhi, anemia dapat terjadi dan berisiko membahayakan kesehatan ibu maupun janin.

3. Anemia akibat perdarahan

Anemia juga dapat disebabkan oleh kehilangan darah, baik yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu lama maupun secara tiba-tiba. Kondisi ini dapat dipicu oleh cedera, gangguan menstruasi, wasir, peradangan lambung, kanker usus, atau penggunaan obat tertentu seperti obat antiinflamasi non-steroid (OAINS).

Selain itu, anemia karena perdarahan bisa berkaitan dengan infeksi cacing tambang. Parasit ini menghisap darah dari dinding usus sehingga menyebabkan kekurangan darah secara perlahan.

4. Anemia aplastik

Anemia aplastik terjadi ketika sumsum tulang mengalami kerusakan sehingga tidak mampu memproduksi sel darah merah secara optimal. Kondisi ini diduga berkaitan dengan infeksi, penyakit autoimun, paparan bahan kimia beracun, serta efek samping obat-obatan tertentu, termasuk antibiotik dan obat untuk rheumatoid arthritis.

5. Anemia hemolitik

Jenis anemia ini terjadi saat sel darah merah hancur lebih cepat daripada proses pembentukannya. Anemia hemolitik bisa bersifat bawaan atau muncul setelah lahir akibat kondisi tertentu, seperti kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, misalnya parasetamol, penisilin, dan obat antimalaria.

6. Anemia akibat penyakit kronis

Beberapa penyakit jangka panjang dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Contohnya adalah penyakit Crohn, gangguan ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, serta infeksi HIV/AIDS.

7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)

Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi genetik yang mempengaruhi struktur hemoglobin. Akibatnya, sel darah merah menjadi kaku, lengket, dan berbentuk seperti bulan sabit. Penyakit ini dapat terjadi jika kedua orang tua mewariskan gen yang bermutasi.

Jika hanya satu orang tua yang membawa mutasi gen tersebut, anak tidak akan mengalami anemia sel sabit, tetapi akan menjadi pembawa sifat (carrier) dan berpotensi menurunkannya kepada keturunannya kelak.

Faktor risiko anemia

Risiko terjadinya anemia dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada jenis serta penyebab yang mendasarinya. Meski demikian, ada sejumlah faktor umum yang diketahui dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami anemia.

1. Pola asupan gizi yang kurang seimbang

Kekurangan zat gizi penting seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat menghambat pembentukan sel darah merah. Kondisi ini kerap dialami oleh:

• Individu dengan konsumsi daging atau produk hewani yang sangat terbatas

• Pelaku pola makan vegetarian atau vegan tanpa pendampingan suplemen

• Anak-anak dan remaja yang sedang berada dalam masa pertumbuhan cepat

2. Kehilangan darah

Anemia dapat terjadi ketika tubuh kehilangan darah lebih banyak daripada kemampuan tubuh untuk menggantinya. Hal ini bisa disebabkan oleh:

• Menstruasi dengan volume darah berlebihan

• Perdarahan pada saluran pencernaan, seperti akibat tukak lambung, wasir, atau kanker usus

• Cedera berat maupun tindakan operasi besar

3. Masa kehamilan

Selama hamil, kebutuhan tubuh akan zat besi dan asam folat meningkat untuk mendukung pertumbuhan janin serta penambahan volume darah ibu. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, risiko anemia pada ibu hamil pun meningkat.

4. Penyakit kronis

Beberapa penyakit jangka panjang dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah atau mempercepat kerusakannya, antara lain:

• Penyakit ginjal kronis

• Kanker

• Penyakit autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis

• Infeksi kronis, misalnya tuberkulosis (TB) atau HIV

5. Faktor genetik

Jenis anemia tertentu dapat diturunkan dalam keluarga, di antaranya:

Thalasemia

• Anemia sel sabit

Sferositosis herediter

6. Penggunaan obat-obatan tertentu

Beberapa jenis obat diketahui dapat memicu anemia, baik dengan menekan produksi sel darah merah maupun menyebabkan perdarahan, seperti:

• Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)

• Obat pengencer darah (antikoagulan)

• Antibiotik tertentu

7. Faktor usia

Bayi dan anak-anak memiliki kebutuhan zat besi yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan, sehingga lebih rentan mengalami anemia. Sementara itu, kelompok lanjut usia juga berisiko akibat menurunnya produksi sel darah merah serta adanya penyakit penyerta.

Baca juga: Mengenal anemia dan gejalanya dari ringan hingga berat

Baca juga: Cara alami cegah anemia dengan makanan penambah darah

Baca juga: Protein hewani mudah diserap tubuh dan bantu pertumbuhan anak

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |