Jakarta (ANTARA) - Analis Reku Fahmi Almuttaqin menilai, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) menjadi faktor utama yang mendorong penguatan pasar kripto dalam beberapa hari terakhir.
“Sentimen bahwa The Fed pekan ini akan kembali menurunkan suku bunga acuan menciptakan arus masuk ke aset berisiko, termasuk kripto,” kata Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Selasa (28/10), kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan tercatat di sekitar 3,86 triliun dolar AS atau meningkat sekitar 3,6 persen dalam 24 jam.
Adapun The Fed tengah melangsungkan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa (28/10) dan Rabu (29/10) waktu setempat.
Koreksi signifikan yang terjadi sebelumnya yang sempat membuat kapitalisasi pasar kripto turun ke sekitar 3,53 triliun dolar AS pada 17 Oktober lalu turut membuat aset-aset kripto utama seperti BTC, ETH, dan beberapa altcoin besar yang sedang banyak diakumulasi oleh investor institusi, memiliki harga yang lebih menarik untuk dibeli seiring dengan mulai menipisnya tekanan jual.
Selain keputusan suku bunga dan proyeksi ekonomi The Fed, Fahmi mengatakan bahwa beberapa sentimen kunci yang akan diperhatikan oleh para pelaku pasar pada pekan ini antara lain potensi perubahan kebijakan, regulasi kripto, atau sentimen global seperti negosiasi dagang AS-China, serta perkembangan terkait data ekonomi makro AS.
Lebih lanjut, apabila The Fed memberi sinyal dovish atau benar-benar mempertegas akan adanya penurunan suku bunga lanjutan pada Desember, maka hal ini bisa memicu gelombang risk-on baru. Sebaliknya, jika The Fed memberi sinyal hawkish atau menunda pemangkasan, maka pasar kripto bisa kembali tertekan.
Jika The Fed mendukung tren pelonggaran jangka menengah, likuiditas akan meningkat, dan adopsi institusional kripto berpotensi semakin menguat. Hal ini pun bisa menjadi momentum bullish lanjutan yang kuat bagi pasar kripto secara keseluruhan.
“Akan tetapi jika The Fed menekankan tentang kekhawatiran mereka terhadap proyeksi inflasi terlepas dari penurunan suku bunga yang dilakukan pada pertemuan 29 Oktober ini, maka pasar bisa stagnan atau bahkan terkoreksi,” kata Fahmi.
Apabila skenario bullish terjadi, Reku memperkirakan Bitcoin berpotensi breakout dari kisaran 120.000-125.000 dolar AS. Namun jika gagal dan skenario bearish yang terjadi dengan preferensi The Fed untuk lebih berhati-hati, maka risiko koreksi kembali ke area 108.000 dolar AS dapat meningkat.
Di tengah peluang penguatan signifikan sekaligus diiringi risiko besar bila sentimen berubah, Fahmi mengatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang menarik untuk diperhatikan oleh para investor khususnya dengan masih relatif solidnya aliran dana institusional di pasar kripto.
“Bagi investor jangka menengah hingga panjang, memposisikan sebagian portofolio pada aset kripto terbesar seperti Bitcoin dan Ethereum cukup menarik untuk dipertimbangkan, dengan catatan kesiapan menghadapi volatilitas tinggi,” kata Fahmi.
Sementara bagi investor atau trader berpengalaman, strategi yang bisa diterapkan yakni mengelola portofolio secara lebih aktif dengan memanfaatkan setiap koreksi untuk melakukan pembelian dan setiap kondisi overbought untuk merealisasikan profit sesuai dengan time frame investasi atau trading yang dimiliki.
Baca juga: Lima Exchange Crypto Terbaik di Indonesia
Baca juga: Pajak kripto sumbang Rp1,7 T, Tokocrypto: Kontribusi industri tumbuh
Baca juga: Transaksi aset kripto Rp446 triliun, Indodax: momentum positif
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































