AI dan Robochat mengubah wajah telekomunikasi, dari teori ke aksi

3 hours ago 2
Di masa depan, persaingan bukan lagi antara manusia dan mesin, melainkan antara individu yang mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi, dan mereka yang tertinggal dalam arus perubahan

Jakarta (ANTARA) - Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi telah menjadi katalis utama dalam transformasi berbagai sektor, termasuk industri telekomunikasi. Di tengah arus perubahan ini, robochat dan akal imitasi (AI) menjadi dua komponen penting yang mendorong efisiensi, inovasi, dan peningkatan pengalaman pelanggan. Lebih dari sekadar alat, keduanya mencerminkan arah masa depan industri yang semakin cerdas dan terotomatisasi.

Robochat atau chatbot berbasis AI, telah menjadi solusi utama dalam meningkatkan layanan pelanggan. Dengan kemampuan untuk berinteraksi secara real-time, menjawab pertanyaan, dan menyelesaikan masalah tanpa campur tangan manusia, robochat memberikan efisiensi operasional yang signifikan.

Menurut laporan IBM (2024), penggunaan AI generatif dan pemprosesan bahasa alami (NLP) dalam robochat memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih personal dan responsif. Chatbot kini tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga memahami konteks, mengenali emosi, dan memberikan solusi yang relevan.

Kecerdasan buatan telah menjadi tulang punggung dalam pengelolaan data, optimasi jaringan, dan pengambilan keputusan strategis. AI memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk:

• Memprediksi gangguan jaringan melalui analisis data historis dan real-time.

• Melakukan pemeliharaan prediktif untuk menghindari downtime layanan.

• Personalisasi layanan berdasarkan perilaku dan preferensi pelanggan.

Prof Dr Ahmad M. Ramli, guru besar hukum siber dan regulasi digital dari Universitas Padjadjaran, menyatakan bahwa AI akan menjadi penentu masa depan industri telekomunikasi, karena teknologi ini memungkinkan mesin untuk menjalankan tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia, dengan presisi, kreativitas, dan kecerdikan. Ia juga menekankan bahwa AI akan berperan penting dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam sektor komunikasi dan migrasi digital.

Digitalisasi telekomunikasi

Digitalisasi bukan hanya soal migrasi dari analog ke digital, tetapi juga tentang transformasi budaya kerja dan model bisnis. Perusahaan telekomunikasi kini mengadopsi pendekatan digital-first, di mana teknologi menjadi inti dari setiap proses.

Dalam buku "Perkembangan Teknologi Digital untuk Berbagai Bidang Kehidupan", para penulis menyatakan bahwa Industri 5.0 adalah fase lanjutan dari digitalisasi yang menekankan kolaborasi antara manusia dan mesin. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi teknologi pada pemuliaan kemanusiaan, dengan menjunjung nilai human-centric, sustainability, dan resiliency.

Buku tersebut juga menyoroti bahwa teknologi digital yang berhasil bukanlah yang menggantikan manusia, tetapi yang meningkatkan kapasitas dan potensi manusia secara penuh. Dalam konteks telekomunikasi, ini berarti menciptakan sistem yang mendukung manusia dalam pengambilan keputusan, pelayanan pelanggan, dan inovasi produk.

Ketika robochat, AI, dan digitalisasi digabungkan, hasilnya adalah ekosistem telekomunikasi yang lebih adaptif, efisien, dan berorientasi pada pelanggan. Studi IBM menunjukkan bahwa 90 persen perusahaan telekomunikasi telah menggunakan AI, dengan 53 persen di antaranya percaya bahwa AI memberikan keunggulan kompetitif.

Contoh nyata dari sinergi ini adalah penggunaan kembaran digital (digital twin) untuk menyimulasikan perubahan jaringan tanpa mengganggu layanan nyata. Perusahaan juga menggunakan automasi cerdas untuk menyederhanakan proses bisnis dan meningkatkan skala pengambilan keputusan.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |