Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan kinerja industri asuransi jiwa nasional semakin solid dengan total aset yang tercatat mencapai Rp648,58 triliun hingga akhir September 2025, tumbuh 2,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Stabilnya total aset industri asuransi jiwa mencerminkan bahwa industri ini memiliki ketahanan bisnis yang kuat serta kesehatan keuangan yang baik untuk menjaga kepercayaan masyarakat,” ucap Ketua Bidang Operational of Excellence AAJI Yurivanno Gani di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan mayoritas aset tersebut dikelola dalam bentuk investasi untuk menjamin ketersediaan dana bagi pembayaran manfaat jangka panjang.
Ia mengatakan total aset investasi industri asuransi jiwa tercatat sebesar Rp571,40 triliun, atau setara dengan 88,1 persen dari total aset keseluruhan.
Yurivanno mengungkapkan bahwa Surat Berharga Negara (SBN) masih menjadi instrumen investasi pilihan utama dalam industri asuransi jiwa.
“Mayoritas itu masih dipegang surat berharga nasional di mana SBN ini tumbuh 15,2 persen menjadi Rp236,88 triliun. Ini mencerminkan komitmen industri asuransi jiwa dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui pembiayaan program-program pemerintah,” ujarnya.
Selain mendukung program pemerintah, pemilihan SBN sebagai instrumen investasi dinilai strategis karena memiliki tingkat stabilitas dan keamanan yang tinggi dengan tenor yang panjang, sehingga cocok dengan profil liabilitas asuransi jiwa.
Sementara itu, Yurivanno menyatakan bahwa penempatan dana di instrumen saham tercatat sebesar Rp124,57 triliun, turun 14 persen yoy.
Meskipun pasar saham mengalami fluktuasi, industri asuransi jiwa tetap mempertahankan porsi yang signifikan pada instrumen tersebut sebagai bagian dari diversifikasi portofolio.
"Kalau dilihat trennya kenapa (porsi) saham menurun dibanding SBN, karena sebetulnya kenaikan IHSG itu baru terjadi di kuartal ketiga. Sementara bagi asuransi, mungkin sudah ada penempatan di deposito atau instrumen lain yang tidak bisa langsung dicairkan dan dipindahkan ke saham secara instan," jelasnya.
Yurivanno menuturkan pergeseran alokasi aset memerlukan waktu dan pertimbangan matang sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan.
Namun, dengan fundamental ekonomi dan kondisi pasar modal yang membaik, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan asuransi untuk kembali meningkatkan portofolio investasi saham mereka.
"Apakah dalam jangka waktu dekat akan banyak perusahaan asuransi yang masuk (berinvestasi) ke saham? Bisa jadi, saya lihat (ada kemungkinan tersebut) dengan kenaikan (level IHSG) yang signifikan seperti ini," ujarnya.
Instrumen investasi lain yang mencatatkan pertumbuhan adalah penyertaan langsung yang naik 9 persen menjadi Rp30,24 triliun, serta bangunan dan tanah yang tumbuh 5,8 persen menjadi Rp16,96 triliun. Sebaliknya, penempatan pada deposito turun 4,1 persen menjadi Rp33,17 triliun.
“Kami mengedepankan strategi investasi yang adaptif dan berorientasi pada perlindungan nasabah serta manajemen risiko yang komprehensif," imbuh Yurivanno Gani.
Baca juga: Industri asuransi jiwa bayar klaim Rp110,44 triliun per September 2025
Baca juga: Total pendapatan asuransi jiwa Rp174,21 triliun pada triwulan III 2025
Baca juga: LPS ungkap penetrasi industri asuransi RI rendah di kawasan ASEAN
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































