Khartoum (ANTARA) - Sedikitnya 16 warga sipil tewas dan delapan lainnya luka-luka dalam serangan yang dilakukan oleh paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) terhadap sebuah desa di Negara Bagian Kordofan Utara, Sudan barat, menurut sebuah kelompok sukarelawan pada Jumat (8/8).
"Kemarin (Kamis, 7 Agustus) malam, pasukan RSF menyerang Desa Markaz Al-Ziyadiya di Negara Bagian Kordofan Utara," yang juga menyebabkan hilangnya enam orang warga, kata Jaringan Dokter Sudan (Sudanese Doctors Network), sebuah kelompok sukarelawan, melalui pernyataannya.
Jaringan dokter tersebut mengecam "serangan brutal" itu, menyebutnya sebagai "kejahatan perang" sesungguhnya dan mencerminkan pola sistematis yang dilakukan oleh RSF dalam menargetkan warga sipil di Sudan.
Sementara itu, Koordinasi Komite Perlawanan di Kordofan Utara, yang juga kelompok sukarelawan, menegaskan dalam pernyataannya bahwa 16 warga sipil tewas dalam serangan RSF di Desa Markaz Al-Ziyadiya, dan beberapa warga lainnya luka-luka atau ditawan.
Menurut pernyataan tersebut, kelompok bersenjata RSF melancarkan serangan terhadap warga sipil di dalam rumah mereka dan menjarah harta benda penduduk.
RSF belum mengeluarkan pernyataan apa pun terkait insiden tersebut.
Belakangan, bentrokan antara Pasukan Bersenjata Sudan (SAF) dan RSF semakin memanas di wilayah Kordofan, yang meliputi negara bagian Kordofan Utara, Kordofan Barat, dan Kordofan Selatan. RSF menguasai sebagian besar kota di Kordofan Barat dan sedang memberlakukan blokade terhadap El Obeid, ibu kota Kordofan Utara.
Sudan hingga kini masih dilanda konflik antara SAF dan RSF, yang meletus sejak April 2023. Pertempuran tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan orang mengungsi, baik ke daerah-daerah lain di dalam negeri maupun melintasi perbatasan ke luar negeri. Kondisi itu pun kian memperburuk krisis kemanusiaan di negara tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.