Jakarta (ANTARA) - Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra meluncurkan novel sejarah keterlibatan Indonesia dalam dinamika politik global, salah satunya saat masa pembunuhan Presiden Ke-35 Amerika Serikat (AS) John Fitzgerald Kennedy di Dallas, AS pada tahun 1963.
Yusron mengatakan novel dengan judul IRIAN BARAT: Bayang-Bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy tersebut bertujuan untuk memberikan perspektif lain bagi pembaca dalam memandang sejarah dan memperkaya pemahaman para pembaca terhadap masa lalu.
"Walau ini novel, tetapi tetap sebagian besar kisah nyata. Ini dibuat novel agar yang baca juga tidak terlalu serius tapi bisa sambil rebahan, namun membaca sesuatu yang isinya tetap serius," ungkap Yusron dalam acara Peluncuran Novel IRIAN BARAT: Bayang-Bayang Intrik Global di Balik Misteri Pembunuhan Kennedy di Jakarta, Kamis.
Dia menyebutkan novel dengan 464 halaman tersebut menyingkap tabir gelap di balik salah konspirasi politik terbesar abad ke-20, yakni pembunuhan Kennedy.
Mengusung latar perang dingin, persaingan ideologi, dan kepentingan ekonomi korporat besar Amerika, kata dia, novel itu membawa pembaca ke dalam sebuah perjalanan penuh ketegangan dan menguak rahasia di balik tragedi yang mengubah wajah dunia.
Dalam novel tersebut, Yusron menuturkan diceritakan terdapat rencana kunjungan Kennedy ke Jakarta, Indonesia pada Mei 1964 untuk bertemu Presiden Pertama RI Soekarno, yang menjadi ancaman bagi mantan Direktur Badan Intelijen Pusat (Central Intelligence Agency/CIA) AS Allen Dulles dalam pertarungan strategi melawan Kennedy.
Jika kunjungan terlaksana, kata dia, Kennedy akan berhasil merangkul dan meyakinkan Soekarno, pemimpin yang berani menentang dominasi Dunia Barat itu.
Pasalnya, Soekarno bukan tokoh sembarangan karena merupakan arsitek utama Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, Indonesia, yang melahirkan Gerakan Non-Blok, sebuah blok netral yang menolak berpihak pada Blok Barat atau Blok Timur.
"Soekarno bahkan membentuk Conference of the New Emerging Forces (CONEFO), organisasi tandingan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setelah Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebagai bentuk protes atas kebijakan internasional yang dianggap tidak adil," ucap dia.
Yusron melanjutkan, tetapi 6 bulan sebelum pertemuan dengan Soekarno, Keneddy ditembak mati di Dallas, menyusul kematian mantan Perdana Menteri RI DJuanda Kartawidjaja (Ketua Tim Perunding Indonesia dalam Program Bantuan Ekonomi Kennedy), yang tewas mendadak di tengah perjamuan makan malam di Jakarta, dua minggu sebelumnya.
Namun demikian, dia menjelaskan IRIAN BARAT tidak hanya merupakan cerita tentang konspirasi dan perjuangan mengungkap kebenaran, tetapi juga kisah tentang cinta dan kebencian, kesetiaan dan pengkhianatan, keberanian, serta kekuatan tekad di tengah dunia yang penuh intrik.
"Sebuah novel yang menggugah pikiran, menggetarkan hati, dan membawa pembaca memahami sejarah kelam yang terlupakan," tutur Yusron.
Baca juga: Ketua Senat Unej luncurkan buku "Jalan Terjal Etika Politik"
Baca juga: Urutan universitas terbaik Indonesia untuk ilmu sosial 2025
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025