Istanbul (ANTARA) - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melaporkan bahwa perdagangan barang global tumbuh 5,3 persen secara tahunan pada triwulan pertama 2025, didorong oleh lonjakan impor di kawasan Amerika Utara menjelang kenaikan tarif oleh AS.
"Pertumbuhan volume perdagangan barang pada triwulan pertama lebih tinggi ketimbang proyeksi terbaru WTO," kata organisasi itu dalam pernyataan resminya pada Selasa (15/7).
Namun, para ekonom WTO memperkirakan laju pertumbuhan akan melambat hingga akhir tahun ini karena tingginya stok dan tarif yang lebih tinggi diperkirakan akan menekan permintaan.
Secara kuartalan, perdagangan barang global meningkat 3,6 persen pada tiga bulan pertama 2025.
Importir di Amerika Utara mempercepat pembelian mereka sebelum triwulan kedua guna menghindari beban tarif balasan yang diumumkan AS pada 2 April. Strategi ini berkontribusi besar terhadap kuatnya pertumbuhan perdagangan barang pada periode itu.
Kawasan itu mencatat lonjakan impor tertinggi dengan pertumbuhan 13,4 persen, disusul Afrika 5,1 persen, serta Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Karibia sebesar 3,6 persen.
Impor di Timur Tengah tumbuh 3 persen, Eropa 1,3 persen, dan Asia 1,1 persen.
Sementara itu, ekspor dari kawasan Timur Tengah mencatat pertumbuhan tertinggi pada triwulan pertama sebesar 6,3 persen, disusul Asia 5,6 persen, Amerika Selatan 3,2 persen, Afrika 2,5 persen, dan Amerika Utara 1,8 persen.
Dari sisi nilai dalam dolar AS, perdagangan barang global meningkat 4 persen secara tahunan pada triwulan pertama, berdasarkan data ekspor yang belum disesuaikan secara musiman.
Berdasarkan jenis produk, pertumbuhan tertinggi terjadi pada peralatan kantor dan telekomunikasi sebesar 16 persen, diikuti produk kimia 12 persen dan pakaian jadi 7 persen.
Sebaliknya, produk otomotif mengalami penurunan 4 persen, bahan bakar dan produk tambang turun 4 persen, bahan bakar anjlok 7 persen, serta produk besi dan baja menyusut 3 persen.
"Harga bahan bakar relatif stabil dibanding periode yang sama tahun lalu, sementara harga logam dan mineral (di luar emas dan perak) tercatat naik 8 persen," kata WTO.
Sumber: Anadolu
Baca juga: ASEAN: Tarif sepihak perburuk fragmentasi ekonomi global
Baca juga: Airlangga nilai reformasi WTO diperlukan agar tetap relevan
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.