Beijing (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mendorong para pelajar Indonesia untuk belajar transisi energi dari China dan menerapkan ilmu tersebut di Tanah Air.
"Dalam pertemuan saya dengan pihak China, saya mengetahui bagaimana China berhasil melakukan transformasi energi yang tadinya banyak menggunakan energi fosil seperti batu bara kemudian sekarang sudah menjadi energi terbarukan, bahkan 50 persen sudah dari energi terbarukan," kata Eddy Soeparno dalam acara "Dialog Bersama" dengan sekitar 50 orang pelajar dan WNI di KBRI Beijing pada Selasa (15/4).
Eddy datang ke China pada 13-17 April 2025 untuk mengunjungi Beijing dan Shenzen atas undangan pemerintah China dengan agenda pembahasan transisi energi dan pemanfaatan energi terbarukan.
"Saya ingat pernah hadir ke konferensi soal transisi energi sekitar 20 tahun lalu, di konferensi itu pembicaranya mengatakan 'Indonesia has the largest renewable energy resource in Asia', tapi tiga tahun lalu saya datang ke konferensi serupa dengan pemateri yang sama dan masih mengatakan kalimat itu juga. Artinya apa? Selama 20 tahun hanya jadi potensi, jalan di tempat. Jadi bagi teman-teman yang belajar di sini, saya kira keputusan yang tepat untuk belajar di China," cerita Eddy.
Eddy mengaku sumber energi Indonesia masih banyak menggunakan bahan bakar fosil baik untuk listrik, transportasi bahkan di kota-kota kecil masih ada yang menggunakan minyak tanah untuk memasak.
"Padahal indeks kualitas udara di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, secara konsisten kualitasnya buruk, dan berdampak juga bagi kesehatan kita," tambah Eddy.
Di China, ungkap Eddy, para pelajar Indonesia dapat belajar bagaimana mengubah pola pikir hingga etos kerja yang dimiliki masyarakat China.
"Kita lihat etos kerja di sini sulit ditantang, mereka punya etos kerja, komitmen dan kerajinan yang sangat tinggi. Itu yang saya kira patut kita pelajari agar punya determinasi bahwa mereka sangat berkomitmen dalam mengerjakan sesuatu hingga tuntas," tambah Eddy yang juga anggota Komisi XII DPR RI bidang energi, lingkungan hidup dan investasi itu.
Kendala dana
Terkait dengan upaya pemerintah Indonesia untuk memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Indonesia, Eddy mengungkapkan pemerintah masih terkendala pendanaan.
"Memang perlu untuk mengistirahatkan secara dini PLTU Batubara dan ada dua yang direncanakan untuk ditutup yaitu PLTU Ratu dan PLTU di Cirebon, tapi untuk memensiunkan itu kita juga harus bayar denda dan nilainya banyak sampai Rp25 triliun, nah ini sulit sekali tapi kalau ada yang mau membiayai kenapa tidak?" ungkap Eddy.
Eddy menyebut saat ia menjadi pembicara di Konferensi PBB soal perubahan iklim COP-29 di Azerbaijan, sejumlah filantropi mendatanginya dan mengatakan bersedia untuk membiayai penutupan PLTU tersebut.
"Tetapi payung hukumnya belum ada jadi inilah yang sekarang kami upayakan," tambah Eddy.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri melaporkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia hingga akhir 2024 baru mencapai 14 persen. Angka tersebut masih jauh dari target pemerintah sebesar 23 persen pada 2025.
Pemanfaatan EBT di Indonesia hingga kini masih terbatas. Sebagai perbandingan, total potensi EBT adalah sebesar 3,6 terawatt (TW) itu berarti baru ada pemanfaatan sekitar 14,11 gigawatt (GW) atau 0,38 persen.
Pemerintah menyebutkan perlu investasi hingga 14,2 miliar dolar AS atau setara Rp 219,9 triliun untuk bisa mencapai target peningkatan kapasitas bauran EBT sebesar 8,2 Giga Watt (GW) pada 2025.
Potensi EBT di Indonesia yang sudah terdeteksi adalah energi surya sebesar 3.294 GW, energi angin sebesar 155 GW, energi air sebesar 95 GW, energi arus laut 63 GW, Bahan bakar Nabati (BBN) sebesar 57 GW, dan energi panas bumi sebesar 23 GW.
Baca juga: Wamen Investasi: Indonesia harus berani masuk kepada investasi EBT
Baca juga: PLN hadirkan "listrik hijau" di daerah 3 T di Tanah Papua
Baca juga: Kadin dukung pemerintah kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025