Jakarta (ANTARA) - Kita hanya akan menuai dari apa yang kita tabur, begitupun bumi akan memberi karma sebagaimana kita memperlakukannya. Maka cintai bumi sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan kesyukuran pada Sang Pencipta.
Kalau saja semua manusia menyadari sekaligus memahami bahwa bumi pasti “membalas” apapun yang dilakukan terhadapnya, pasti mereka akan sangat berhati-hati dalam memperlakukannya.
Tidak perlu protes atau bertanya mengapa banyak bencana alam melanda, karena jawabnya hanya terpulang pada perilaku manusia sendiri. Aksi eksploitasi berlebihan tanpa upaya pemulihan, kegiatan produksi dengan proses yang tidak berkelanjutan, pun masyarakat yang belum berkesadaran lingkungan telah meninggalkan jejak kerusakan pada alam.
Beruntung, kondisi itu mampu menggugah para pencinta lingkungan melakukan aksi tandingan untuk menyelamatkan alam dari kerusakan yang makin parah. Seperti para LSM yang banyak menggelar kegiatan peduli bumi di berbagai kesempatan dan lokasi, dengan aksi bersih-bersih sungai, pantai, tanam pohon, dan hutan bakau serta lainnya.
Pada jajaran pejabat pemerintah, ada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang cukup menghebohkan dengan bermacam gebrakannya. Pria yang karib disebut Demul atau "bapak Aing" itu, setelah resmi dilantik pada Februari lalu di Istana Merdeka oleh Presiden Prabowo Subianto, langsung tancap gas membenahi daerah kepemimpinannya.
Kepemimpinan berwawasan lingkungan menjadi hal yang paling menonjol dari seorang Demul. Kecintaannya yang besar terhadap alam membuatnya sering terlihat mengamuk saat membersihkan dan membenahi lingkungan yang rusak akibat alih fungsi, penyalahgunaan dan penelantaran.
Yang paling menggemparkan ketika dia memerintahkan pembongkaran kawasan wisata fantasi di Puncak, Bogor beberapa waktu lalu. Puluhan bangunan bernilai miliaran rupiah itu dia robohkan tanpa ampun, demi bisa menanam kembali pohon untuk memulihkan habitat hutan.
Ketegasannya dalam menata lingkungan membuat gentar para pelanggar. Hari-harinya dalam memimpin Jawa Barat selalu diisi dengan gebrakan, terobosan dan inovasi, utamanya terkait dengan penataan, pemulihan dan penyelamatan lingkungan.
Bahkan ia berkantor hampir di seluruh wilayah kekuasaannya dengan berkeliling di sejumlah kabupaten/kota, untuk dapat turun langsung membenahi lingkungan setiap daerah. Gerakan cepatnya terpaksa harus diikuti para aparatur di bawahnya, karena jika tidak, mereka bakal kena semprot sang gubernur.
Kini para bupati, walikota, camat hingga lurah atau kepala desa, mulai mengikuti cara kerja "si duda menyala" itu, walau mungkin masih merasa terkaget-kaget.
Baca juga: Dedi Mulyadi ingin pakar segera kaji dampak proyek Eiger KBB-Puncak
Baca juga: Pemkab Bogor: 253,66 hektare izin Eiger Adventure Land dari Kemenhut
Karena pesona kerjanya yang luar biasa, hal itu membuat iri para warga lain provinsi, hingga ramai di media sosial seloroh tantangan “tukar gubernur”. Mereka ingin menukar pemimpin daerahnya dengan gubernur Aing yang energetik dan sigap membereskan masalah langsung di lapangan setiap hari. Alhasil, Demul menjadi barometer baru cara kerja kepala daerah di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Tugas khalifah
Adab manusia terhadap alam semesta amat terkait dengan kualitas religiusitas mereka. Mengapa? Karena bumi ini telah dititipkan Tuhan kepada manusia sebagai khalifah, untuk mengelola dan memakmurkan, membangun peradaban, serta menjaga kelestariannya. Maka, manusia yang menyadari betul akan tugas kekhalifahannya, sudah barang tentu akan menjaga amanah itu sebaik-baiknya.
Dari perspektif ini, membahas isu lingkungan dengan pendekatan agama menjadi makin relevan. Sebagaimana aksi peduli bumi yang dimulai dari masjid, dikenal dengan Program Eco Masjid. Diluncurkan pada 11 November 2017 oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI), hingga kini jumlah masjid yang tergabung sebagai bagian dari gerakan Eco Masjid mencapai 206 masjid. Didukung sebanyak 345 pengurus masjid sebagai implementator program dan sejumlah 588 relawan yang merupakan agen representatif di masyarakat, serta telah terdaftar 6004 peserta kajian.
Program Eco Masjid mengintegrasikan nilai-nilai Islam tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dengan praktik-praktik ramah lingkungan di masjid. Dengan menggunakan slogan “Dari Masjid Memakmurkan Bumi” gerakan ini telah banyak melakukan inovasi seperti pembuatan kran hemat air wudhu serta guna ulang air wudhu untuk berbagai keperluan di lingkungan masjid.
Adapula Panen Air Hujan (PAH), sumur resapan, penyediaan air minum perdesaan, embung desa, tungku bakar sampah tanpa asap, kompor biomassa, pembangkit listrik dari sampah, serta listrik tenaga surya dan biogas juga berbagai inovasi lain yang bersifat terapan sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung masyarakat sekitar masjid.
Jika gerakan semacam ini terus menjalar ke seluruh masjid di Indonesia, otomatis kesadaran lingkungan akan dimiliki oleh para jamaahnya yang kemungkinan ditularkan kepada anggota keluarga dan masyarakat.
Bukan hanya dari masjid, gerakan memuliakan alam bisa dipelopori dari berbagai rumah ibadah lain karena agama apapun pasti mengajarkan hal yang sama, bagaimana berperilaku baik terhadap planet yang kita tinggali bersama untuk jangka lama dari generasi ke generasi berikutnya.
Baca juga: Gubernur Jabar menangis lihat alih fungsi lahan ugal-ugalan di Puncak
Baca juga: Kementerian Agama siapkan panduan pembentukan komunitas Eco-Masjid
Baca juga: MUI kampanyekan masjid berwawasan lingkungan
Ambil bagian
Tak harus penguasa atau pemuka agama, semua dari kita bisa ambil bagian dalam gerakan bersama menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Memang, kombinasi dari gerakan masyarakat untuk membangun kesadaran peduli bumi dan langkah tegas penguasa menertibkan pelanggaran dan menghukum kejahatan lingkungan, akan berdampak signifikan pada upaya pemulihan.
Namun langkah-langkah kecil dari setiap anggota masyarakat dalam aktivitas sehari-hari juga tak kalah berarti bagi kelestarian alam. Semisal, bagaimana kita berperilaku hemat dalam penggunaan air atau menerapkan guna ulang air di rumah. Memilah sampah hayati dan non-hayati; berbelanja, memasak, dan makan sesuai keperluan, tidak berlebih-lebihan hingga menimbulkan kemubadziran; tidak menggunakan pendingin ruangan (AC) yang merusak lapisan ozon; menggunakan lampu dan perangkat elektronik hemat energi; memilih kendaraan ramah lingkungan; dan lain sebagainya.
Langkah kecil yang dilakukan bersama bakal memberi dampak besar bagi sebuah perubahan dan perbaikan, karenanya perilaku hidup berkelanjutan perlu dimiliki setiap individu.
Begitu pula langkah tegas kepala daerah dalam melindungi kelestarian lingkungan, seperti yang dilakukan gubernur Jawa Barat, bila diduplikasi oleh 37 provinsi lain berikut para perangkat di bawahnya, maka harapan akan pulihnya bumi pertiwi dari kelukaan tidak perlu menunggu waktu lama.
Bentang alam semesta merupakan anugerah Tuhan yang tak terhingga nilainya, satu-satunya cara untuk mensyukuri adalah dengan menjaganya tetap lestari.
Baca juga: Pentingnya Hari Bumi dan tema 2025 serta penjelasannya
Baca juga: Memperingati Hari Bumi 22 April, ini sejarah dan tujuannya secara umum
Copyright © ANTARA 2025