Jakarta (ANTARA) - “Memang saya percaya bahwa banyak anak banyak rezeki, tetapi kalau saya tidak bisa membimbingnya, kan, nanti malah tak terurus semua,” ujar Kepala Desa Cidenok, Kecamatan Sumberjaya, Majalengka, Jawa Barat, Maman Suparman (46).
Siang itu, Maman Suparman yang biasa dipanggil Kuwu meneruskan legasi dari sang ayah dan paman-pamannya yang sejak dulu sudah dipertahankan, yakni ikut pasang KB vasektomi, metode kontrasepsi jangka panjang bagi pria untuk mengendalikan angka kelahiran.
Rasa sayang kepada sang istri membuat Kuwu akhirnya berani memutuskan vasektomi. Pengalaman sang istri yang sudah mengalami keguguran dua kali juga membuatnya sadar, kekasihnya itu sudah terlalu banyak menanggung beban sebagai perempuan. Kali ini, ia mau bergantian memikul tanggung jawab pengasuhan dalam rumah tangga bersama-sama.
Sebagai orang pertama yang divasektomi di desanya, Kuwu ingin memberikan contoh kepada seluruh warganya bahwa ayah yang keren adalah ayah yang tidak takut vasektomi.
Ia juga menepis anggapan bahwa vasektomi membuat laki-laki menjadi lebih lemah dan sulit untuk kerja berat, karena beberapa menit setelah menyelesaikan seluruh prosedur KB jangka panjang tersebut, ia mengaku masih bugar tanpa keluhan apapun.
Hari itu, setelah menjalani proses vasektomi, Kuwu mendapatkan obat khusus untuk diminum tiga kali sehari, serta kondom untuk dipakai hingga 18 kali secara gratis. Kuwu juga mengaku mendapatkan uang kompensasi untuk istirahat selama tiga hari.
Memiliki istri yang berisiko tinggi melahirkan membuatnya sadar bahwa dua anak saja sudah cukup asal bisa ia hidupi dengan layak. Vasektomi menjadi pembuktian bagi dirinya bahwa ayah tidak hanya hadir untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam keluarga, tetapi juga hadir secara emosional mendukung sang istri.
Meringankan beban istri

Baca juga: Mendukbangga sebut vasektomi hadiah untuk perempuan di Hari Kartini
Sudah sejak lama, dunia mengakui Indonesia sebagai salah satu negara yang berhasil mengendalikan jumlah penduduk melalui program KB. Namun, persentase vasektomi masih sangat sedikit, di bawah satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih menanggung beban untuk memasang kontrasepsi lebih besar daripada laki-laki.
Berdasarkan Pendataan Keluarga (PK) dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), prevalensi pengguna metode operasi pria (MOP) di tahun 2024 hanya 0,13 persen. Angka tersebut turun dibandingkan tahun 2022, yakni 0,25 persen.
MOP juga menjadi metode kontrasepsi modern yang paling rendah jika dibandingkan metode yang lain, seperti suntik sebesar 35,6 persen, pil 7,5 persen, implan 6,9 persen, dan IUD 6,1 persen. Sedangkan perempuan yang menggunakan metode operasi wanita (MOW) saat ini tercatat sebesar 2,7 persen.
Perempuan yang memutuskan untuk ber-KB juga tak jarang mengalami beberapa keluhan, seperti nyeri saat menstruasi, alergi, atau ketidakcocokan terhadap metode kontrasepsi tertentu yang berpengaruh pada tubuhnya. Batas reproduksi sehat pada perempuan di usia 35 tahun juga menjadi salah satu alasan mengapa kesadaran akan KB vasektomi perlu terus digalakkan.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Kemendukbangga/BKKBN menggalakkan vasektomi dengan target akseptor sebanyak 2.000 orang pada April 2025 yang berhasil memecahkan Rekor MURI. Harapannya, setelah kegiatan tersebut, prevalensi vasektomi dapat terus meningkat.
Baca juga: Kemendukbangga: Vasektomi beri segudang manfaat pada pria dan keluarga
Prosedur vasektomi termasuk ke dalam kategori kontrasepsi “mantap”. Menurut Dokter Spesialis Urologi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, Ricky Adriansjah, tingkat keberhasilan vasektomi mencapai 99 persen, artinya, hanya satu dari 100 perempuan yang berpotensi hamil jika suaminya telah ber-KB vasektomi.
Anggapan bahwa KB vasektomi dapat mengurangi keperkasaan juga tidak benar. Bahkan berdasarkan beberapa penelitian, suami yang vasektomi terbukti lebih percaya diri karena libido atau hasrat seksualnya cenderung meningkat tetapi bisa tenang karena kemungkinan istri hamil kembali sangat sedikit.
Dari segi kesehatan, vasektomi juga tidak menimbulkan efek samping yang terlalu besar pada laki-laki. Asalkan sehat jasmani, laki-laki yang sudah memiliki dua anak dan sudah mendapatkan persetujuan istri bisa mendapatkan vasektomi. Selain sehat, laki-laki yang vasektomi juga bisa mengurangi beban pengasuhan yang selama ini masih ditanggung oleh perempuan.
“Misalnya istri tidak bisa menggunakan KB yang lain seperti suntik hormon, mengalami alergi atau komplikasi, maka suami lebih baik vasektomi,” kata Ricky.
Meski begitu, metode kontrasepsi ini juga masih memiliki potensi pendarahan atau infeksi apabila kebersihan akseptor kurang dijaga. Namun, hal tersebut jarang terjadi atau kemungkinannya hampir di bawah satu persen. Metode ini terbukti lebih efisien dan simpel daripada tubektomi, yakni metode kontrasepsi jangka panjang pada perempuan.
Meski begitu, kewaspadaan juga perlu dilakukan, misalnya dengan tidak berhubungan seksual terlebih dahulu kurang lebih tujuh hari setelah melaksanakan vasektomi, tetap menjaga kebersihan alat vital, dan tidak melakukan kerja berat maksimal tiga hari setelah prosedur dilakukan. Pemerintah juga mendukung laki-laki yang ikut vasektomi dengan memberikan uang kompensasi sebesar Rp450 ribu.
Pengasuhan yang setara
Berdasarkan data UNICEF tahun 2021, sekitar 20,9 persen anak di Indonesia tidak memiliki figur ayah, baik karena perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang mengharuskan mereka tinggal jauh dari keluarga.
Sedangkan berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun yang sama juga menunjukkan hanya 37,17 persen anak usia 0–5 tahun dibesarkan kedua orang tua secara bersamaan.
Baca juga: KB jangka panjang gratis bukti negara hadir untuk keluarga berkualitas
Gerakan KB vasektomi serentak se-Indonesia juga diiringi dengan peluncuran Gerakan Ayah Teladan Indonesia atau GATI, salah satu program terbaik hasil cepat dari Kemendukbangga/BKKBN untuk mengatasi fenomena kurang hadirnya ayah dalam pengasuhan atau fatherless.
Berbagai menu program GATI yang disiapkan oleh Kemendukbangga/BKKBN di antaranya melalui pendekatan kegiatan layanan konseling yakni pada web Siapnikah dan Satyagatra, dan pendekatan berbasis komunitas untuk para penggiat dan komunitas melalui Konsorsium Penggiat dan Komunitas Ayah Teladan (Kompak Tenan).
Kemudian, pendekatan melalui Desa/kelurahan Ayah Teladan (Dekat) di Kampung Keluarga Berkualitas, serta pendekatan melalui basis sekolah yakni Sekolah Bersama Ayah (Sebaya).
Vasektomi diharapkan menjadi gerbang bagi ayah untuk membuktikan dirinya hadir dalam keluarga dengan mengurangi beban reproduksi perempuan. Dengan kesadaran KB pria yang tinggi, satu beban istri setidaknya berkurang untuk mewujudkan pengasuhan yang seimbang.
Namun, tugas suami tak boleh berhenti di situ. Setelah vasektomi, suami juga perlu hadir sebagai ayah, yang tidak hanya memiliki kewajiban memberi nafkah, tetapi juga memberi dukungan secara emosional kepada anak-anaknya.
Dukungan tersebut tidak membutuhkan teori yang muluk-muluk, bisa dengan hal-hal sederhana seperti ngobrol bersama tanpa gawai. Namun, gerakan ini tidak boleh sekadar menjadi jargon tanpa eksekusi yang serius. Orang tua juga perlu menjadi pembelajar yang bisa menyesuaikan cara berkomunikasi dengan generasi Z maupun Alpha yang kini hampir 24 jam waktunya memang dihabiskan di gawai.
Gaung vasektomi juga tidak bisa berdiri sendiri tanpa penguatan sistem yang lain, misalnya kebijakan cuti ayah yang perlu diperpanjang, penyediaan tempat penitipan anak atau daycare yang memadai, serta jaminan sosial dan kesehatan yang mendukung keluarga untuk tumbuh tanpa kekhawatiran.
Kesadaran KB pada laki-laki perlu terus ditingkatkan untuk memutus rantai patriarki yang selama ini masih mengungkung masyarakat kita. Namun, hal tersebut juga tidak bisa dijalankan setengah-setengah, karena dukungan perempuan juga menjadi penting untuk mewujudkan pengasuhan setara.
Perlu keberanian untuk mengakui bahwa laki-laki yang memutuskan untuk menjadi bapak rumah tangga juga wujud kesetaraan dalam pengasuhan dan bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan. Itu juga sejajar dengan mengakui bahwa perempuan yang berkarier sambil mengurus rumah tangga perlu didukung dengan kebijakan-kebijakan tanpa batasan norma-norma gender.
Baca juga: Dosen FK UGM tegaskan vasektomi lebih efektif tekan kehamilan
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025