Bandarlampung (ANTARA) - Bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu yang paling dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia karena bulan ini penuh dengan berkah dan ampunan Allah Subhanahu wa ta'ala (Swt).
Ramadhan memang bulan istimewa, sehingga patut disambut dengan istimewa pula. Sebelum kedatangan bulan yang agung tersebut, sebagian masyarakat masih mempercayai bahwa setiap orang harus menyucikan diri agar ibadah puasa pada Ramadhan dapat dijalankan dengan lebih nyaman dan penuh keberkahan.
Mandi sebelum Ramadhan menjadi salah satu cara untuk bersuci dan mempersiapkan diri. Di Provinsi Lampung terdapat sebuah tradisi yang telah dilakukan secara turun menurun dalam menyambut bulan Ramadhan yakni "Blangikhan".
Blangikhan merupakan tradisi adat Lampung yang dilakukan dengan mandi bersama di sungai atau kolam yang dipimpin oleh tetua adat untuk membersihkan diri sebelum menyambut Ramadhan.
Dalam prosesi Blangikhan ada sejumlah kegiatan sebelum menuju acara puncak, seperti terdapat arak-arakan kereta kencana menuju lokasi. Ada juga proses pecah kendi oleh tetua adat.
Selanjutnya, para Muli-Mekhanai (bujang-gadis) menceburkan diri ke dalam sungai atau kolam renang untuk melakukan mandi suci (Blangikhan) dengan menggunakan peralatan ritual, seperti air langir, bunga tujuh rupa, setanggi, dan daun pandan
Ketua Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Rycko Menoza SZP menyampaikan bahwa Blangikhan yang dilakukan setiap setahun sekali guna menyambut bulan puasa memiliki makna penyucian diri sebelum memasuki dan menjalankan ibadah pada Ramadhan.
Tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun menurun ini sudah menjadi kebiasaan muslim yang mendiami wilayah suku-suku atau marga adat Lampung.
Prosesi Belangikhan sendiri mengandung nilai-nilai luhur di dalamnya seperti menjaga hubungan baik antar sesama, rasa syukur kepada Allah Swt, kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati. Oleh karena itu, tradisi Blangikhan yang merupakan warisan asli budaya Lampung ini harus dijaga dan dilestarikan agar tetap bertahan di tengah perubahan zaman.
Dalam upaya mempertahankan budaya Lampung tetap hidup dan dikenal luas, terutama oleh generasi saat ini, Lembaga Adat Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) akan segera menyusun buku untuk melaksanakan tata cara Blangikhan.
Buku ini ke depan bisa dijadikan sebagai rujukan untuk mengadakan acara tersebut yang sesuai dengan kebiasaan adat-adat atau marga yang ada di Lampung.

MPAL juga akan selalu melibatkan para siswa (sekolahan) dan masyarakat umum terutama bujang gadisnya untuk dapat melihat prosesi Blangikhan yang digelar setiap setahun sekali.
Pada sisi lain, Rycko Menoza yang juga Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akan terus mendorong tradisi adat Lampung "Blangikhan" menjadi event nasional setiap tahunnya karena berpotensi menjadi kegiatan pariwisata tahunan.
Ia menyatakan bahwa Blangikhan merupakan satu tradisi budaya adat yang cocok dengan tradisi agama yang dijalani setiap tahunnya oleh umat Islam.
Dengan mendorong Blangikhan menjadi kegiatan nasional setiap tahunnya, bukan saja dapat merawat dan mempertahankan budaya yang dimiliki provinsi ini, tetapi juga memperkenalkan Lampung ke penjuru Indonesia bahkan mancanegara.
Pengenalan Blangikhan
Langkah kecil yang telah diambil dalam memperkenalkan budaya ini ke mancanegara yakni dengan mengikutsertakan beberapa mahasiswa asing, dari Yaman, Jepang dan lainnya dalam prosesi Blangikhan.
Salah satu Tokoh Adat Lampung Mushouwir Gelar Khaja Kesuma Yudha mengatakan tujuan melibatkan mahasiswa dari luar negeri dalam kegiatan Blangikhan setiap tahunnya adalah untuk memperkenalkan Lampung baik secara lokal maupun internasional.
Pergelaran tradisi ini setiap tahunnya merupakan upaya nyata dari MPAL untuk memastikan budaya Lampung tetap hidup dan dikenal luas, terutama oleh generasi muda.
Tradisi ini juga merupakan sebuah upaya konkret untuk memastikan bahwa budaya Lampung tidak hanya dikenal tapi juga harus hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat khususnya generasi muda.
Sebagai bagian dari masyarakat Lampung tentunya setiap individu harus memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya ini agar tak lekang oleh waktu.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Lampung mengajak seluruh masyarakat untuk terus berkomitmen dalam menjaga dan memperkenalkan tradisi ini kepada dunia agar keberadaannya tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Tradisi Blangikhan, bukan hanya acara seremonial saja, namun merupakan simbol kekuatan dari kekayaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Tradisi ini mengandung nilai-nilai luhur yang mengajarkan umat manusia untuk selalu menjaga hubungan baik antar sesama serta sebagai wujud rasa syukur dan persiapan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan hati yang suci dan penuh keikhlasan.
Tradisi Blangikhan mengajarkan akan pentingnya kebersamaan, gotong royong dan sikap saling menghormati yang merupakan cerminan dari nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan dengan jati diri orang Lampung.
Baca juga: Ragam tradisi menyambut bulan suci Ramadhan di berbagai daerah
Baca juga: Ribuan warga padati tradisi "Petang Megang" di Pekanbaru
Baca juga: Tandai awal Ramadhan, Keraton Kasepuhan Cirebon gelar "Dlugdag"
Baca juga: Warga Bangka Belitung melaksanakan tradisi ruwahan
Baca juga: Tradisi perang ketupat untuk menyambut Ramadhan digelar di Tempilang
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025