UN OCHA ingatkan risiko runtuhnya distribusi air di Khan Younis Gaza

2 months ago 19

PBB (ANTARA) - Badan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (2/7) memperingatkan bahwa setiap kerusakan dapat menyebabkan keruntuhan sistem air di Khan Younis, Gaza, menyusul perintah pengungsian terbaru yang dikeluarkan oleh Israel yang mengisolasi sebuah waduk penting di Gaza.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan bahwa perintah pengungsian baru untuk dua kawasan permukiman di Khan Younis, --menyusul laporan tembakan roket Palestina--, mencakup hampir 80.000 orang.

"Rekan-rekan kami yang bekerja di bidang air, sanitasi, dan kebersihan juga memberi tahu kami bahwa Al Satar, sebuah waduk air penting, tidak dapat diakses akibat perintah tersebut," kata OCHA.

"Fasilitas ini berfungsi sebagai pusat pendistribusian air utama bagi Khan Younis dan titik pasokan penting untuk air yang masuk melalui pipa Israel di wilayah itu. Kerusakan pada waduk tersebut dapat menyebabkan runtuhnya sistem pendistribusian air di kota itu, dengan konsekuensi kemanusiaan yang serius," ujar dia.

OCHA mengatakan bahwa perintah pengungsian terus membebani layanan-layanan vital dan mendorong warga ke dalam petak-petak wilayah Gaza yang semakin sempit. Sejak berakhirnya gencatan senjata pada Maret, hingga Selasa (1/7), sebanyak 714.000 orang telah digusur secara paksa di seluruh Jalur Gaza, dengan hampir 29.000 warga mengungsi hanya dalam kurun waktu 24 jam antara Minggu (29/6) dan Senin (30/6).

Kantor tersebut mengatakan bahwa sekitar 85 persen wilayah Gaza berada di bawah perintah pengungsian atau berada di dalam zona militer, yang sangat menghambat akses masyarakat terhadap dukungan kemanusiaan esensial dan kemampuan para pekerja bantuan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan.

"Banyak tempat penampungan yang ada saat ini sangat penuh sesak, dengan kondisi kebersihan yang buruk, sehingga menimbulkan risiko besar bagi kesehatan masyarakat," ungkap OCHA.

"Mitra kami yang bekerja di bidang kesehatan, air, sanitasi, dan kebersihan melaporkan bahwa di seluruh Gaza, tingkat diare berair akut mencapai 39 persen di kalangan pasien yang menerima konsultasi kesehatan," ujarnya.

Badan kemanusiaan tersebut mengatakan peningkatan itu dipicu oleh kurangnya pasokan air minum bersih dan air untuk keperluan rumah tangga yang menjangkau tempat penampungan, sehingga memperburuk kondisi kebersihan dan sanitasi yang sudah sangat memprihatinkan. Kegubernuran Gaza dan Khan Younis mencatatkan tingkat diare berair akut terburuk akibat kepadatan yang parah di sejumlah lokasi dan tempat penampungan.

Kantor tersebut mengatakan bahwa tidak ada bantuan tempat penampungan yang masuk ke Gaza dalam empat bulan terakhir, meski ada ratusan ribu orang yang baru mengungsi.

"Mitra-mitra tempat penampungan kami mengatakan bahwa 97 persen dari lokasi yang disurvei melaporkan bahwa para pengungsi tidur di tempat terbuka," papar OCHA.

"Arus pasokan yang tidak dibatasi melalui beberapa titik perlintasan dalam jangka waktu yang berkelanjutan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mencegah situasi yang sudah sangat menyedihkan ini menjadi lebih buruk," menurut laporan itu.

Kantor tersebut juga menyatakan bahwa menipisnya stok bahan bakar terus menghambat operasi bantuan kemanusiaan, sehingga membatasi kemampuan PBB dan mitra kemanusiaan untuk merespons.

Sebuah upaya untuk mengirimkan sejumlah stok bahan bakar yang tersisa ke wilayah utara ditolak oleh otoritas Israel pada Rabu. Penolakan tersebut menyusul keberhasilan pengiriman solar pada Selasa dari sisa stok milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Rumah Sakit Al Shifa di Gaza City guna mencegah terhentinya layanan-layanan penting lebih lanjut, menurut OCHA.

Mitra yang bekerja di bidang telekomunikasi darurat melaporkan bahwa, jika pasokan bahan bakar tidak segera dipenuhi, Gaza berpotensi menghadapi pemadaman komunikasi total. Hal ini akan sangat menghambat akses dan koordinasi kemanusiaan, serta mencegah masyarakat terdampak menerima informasi yang dapat menyelamatkan nyawa, kata kantor tersebut.

"Fasilitas penting seperti air, sanitasi, kebersihan, dan perawatan kesehatan telah mulai ditutup di beberapa wilayah, termasuk peralatan dan layanan rumah sakit, truk pengangkut air, serta pompa air dan limbah," ujar badan kemanusiaan tersebut.

"Jika krisis bahan bakar tidak segera diatasi, sejumlah badan tanggap darurat kemanusiaan dapat kehilangan sistem dan peralatan yang diperlukan untuk beroperasi dengan aman, mengelola logistik, dan mendistribusikan bantuan kemanusiaan," ujar OCHA.

Hal ini akan membahayakan para pekerja bantuan dan meningkatkan krisis kemanusiaan yang sudah sangat parah, demikian diperingatkan OCHA.

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |