Jeddah (ANTARA) - Ukraina pada Selasa (11/3) mengisyaratkan kesiapannya untuk menerima proposal Amerika Serikat (AS) terkait "gencatan senjata sementara selama 30 hari yang dilakukan secepatnya" menyusul pembicaraan dengan delegasi AS di Jeddah, Arab Saudi, menurut sebuah pernyataan bersama.
Pernyataan yang dikeluarkan setelah konsultasi selama berjam-jam antara sejumlah pejabat senior dari kedua negara itu menyebutkan bahwa gencatan senjata dapat diperpanjang melalui kesepakatan bersama. Disebutkan pula bahwa "AS akan menyampaikan kepada Rusia bahwa resiprositas Rusia adalah kunci untuk mencapai perdamaian".
Washington setuju untuk "segera menghentikan jeda pertukaran intelijen dan melanjutkan bantuan keamanan ke Ukraina," kata pernyataan tersebut, yang juga menyebutkan bahwa kedua belah pihak membahas pentingnya upaya bantuan kemanusiaan, terutama selama periode gencatan senjata.
Para negosiator juga setuju membentuk tim untuk memulai pembicaraan yang bertujuan untuk mencapai perdamaian yang kekal. AS menegaskan kembali komitmennya untuk berkomunikasi dengan perwakilan Rusia, sementara Ukraina menekankan perlunya keterlibatan mitra-mitra Eropa dalam proses tersebut, demikian bunyi pernyataan itu.
Selain itu, kedua pemimpin negara sepakat untuk melakukan finalisasi "secepatnya untuk perjanjian komprehensif terkait pengembangan sumber daya mineral penting Ukraina guna memperluas ekonomi Ukraina," menurut pernyataan itu.
Pengumuman itu disampaikan menyusul pertemuan tingkat tinggi yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz.
Delegasi Ukraina yang mengikuti pertemuan tersebut meliputi Kepala Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, dan para petinggi lainnya. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud dan Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaed bin Muhammad Al-Aiban ikut serta dalam diskusi tersebut.
Dalam sebuah konferensi pers setelah pembicaraan itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyuarakan harapannya bahwa Rusia akan menerima proposal gencatan senjata sementara dengan Ukraina.
Dia mengatakan komitmen Ukraina akan disampaikan kepada Rusia secara langsung melalui berbagai jalur, termasuk melalui jalur diplomatik dan pembicaraan.
"Bola ada di tangan mereka," kata Rubio,
Jika Kremlin menolak proposal tersebut, kata Rubio, mereka "akan tahu apa yang menjadi penghalang perdamaian di sini".
Di platform media sosial X, Zelenskyy mengatakan bahwa pertemuan itu berjalan "baik dan konstruktif."
"Jika Rusia setuju, gencatan senjata akan segera diberlakukan," kata Zelenskyy.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini dan berharap Rusia juga menyetujui persyaratan tersebut. Saat dimintai pendapat tentang seberapa cepat Ukraina dan Rusia akan mencapai gencatan senjata penuh, Trump mengatakan dia "berharap itu akan selesai dalam beberapa hari ke depan".
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada kantor berita pemerintah Rusia mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kontak dengan perwakilan AS dalam beberapa hari ke depan.
Menurut laporan media Rusia, sekretaris pers untuk Putin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow mengharapkan Washington untuk memberikan informasi tentang pembicaraan dengan Ukraina, seraya menekankan bahwa tidak boleh ada selebrasi terlalu dini.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan di platform X bahwa Uni Eropa menyambut baik pembicaraan AS-Ukraina di Jeddah, termasuk proposal gencatan senjata dan dimulainya kembali pertukaran intelijen dan bantuan keamanan AS.
Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta para kepala militer Eropa dan NATO untuk menyusun sebuah rencana "untuk menetapkan jaminan keamanan yang kredibel" bagi Ukraina seiring negosiasi perdamaian berjalan dengan lancar.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025