New York City (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu (25/10) mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk memberlakukan tarif tambahan 10 persen terhadap barang-barang dari Kanada akibat iklan antitarif yang ditayangkan di televisi.
Iklan yang ditayangkan oleh Provinsi Ontario, Kanada, itu menampilkan mantan presiden AS Ronald Reagan yang mengkritik tarif AS. Trump menuduh iklan tersebut menyesatkan dan pada Kamis (23/10) mengancam akan menghentikan pembicaraan perdagangan dengan Kanada.
"Karena penyajian fakta yang sangat menyesatkan dan tindakan yang bersifat permusuhan, saya menaikkan Tarif untuk Kanada sebesar 10 persen di luar apa yang mereka bayarkan saat ini," kata Trump dalam sebuah unggahan di platform Truth Social saat terbang menuju Malaysia menggunakan pesawat Air Force One.
"Iklan mereka seharusnya diturunkan, segera, tetapi mereka membiarkannya tayang tadi malam saat siaran World Series, padahal mereka tahu itu penipuan," tambahnya.
Kepala Pemerintahan Ontario Doug Ford mengatakan bahwa pihaknya akan menangguhkan iklan tersebut, yang ditayangkan saat pertandingan pertama World Series pada Jumat (24/10) malam waktu setempat, setelah akhir pekan, menurut laporan media.
World Series adalah seri kejuaraan tahunan Major League Baseball di Amerika Utara, yang diperebutkan oleh juara American League dan juara National League sejak 1903.
Sementara itu, ancaman Trump memicu reaksi keras di seluruh Kanada, terutama dari sektor industri dan tenaga kerja.
Lana Payne, presiden nasional serikat pekerja utama Kanada, Unifor, mengecam langkah AS melalui media sosial, menuduh Washington mencoba melemahkan ekonomi Kanada dan mengambil sumber dayanya untuk keuntungan AS.
"Dia ingin memeras lebih banyak dari kami. Itulah taktiknya," kata Payne, seraya menyerukan agar Kanada "memanfaatkan pengaruh besar kita sendiri" sebagai respons.
Media Kanada mengutip analis yang mengatakan bahwa di balik kontroversi iklan ini, terdapat serangkaian gesekan perdagangan yang kompleks, termasuk langkah balasan Kanada baru-baru ini terhadap produsen mobil AS yang mengurangi produksi mereka di negara tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































