Gaza, Palestina (ANTARA) - Truk-truk bermuatan bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur Gaza pada Minggu (27/7) pagi waktu setempat melalui perlintasan perbatasan Kerem Shalom, menurut sejumlah sumber lokal Palestina.
Sejumlah saksi mata mengatakan kepada Xinhua bahwa konvoi bantuan tersebut awalnya berkumpul di perlintasan perbatasan Rafah sisi Mesir di bawah pengawasan Bulan Sabit Merah Mesir (Egyptian Red Crescent).
Truk-truk itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju perlintasan Kerem Shalom, di mana mereka terlebih dahulu menjalani inspeksi oleh pihak berwenang Israel sebelum diizinkan memasuki wilayah kantong yang dikepung tersebut, kata sejumlah sumber tersebut.
Arus bantuan kemanusiaan itu mengalir di tengah meningkatnya seruan internasional untuk memfasilitasi pengiriman bantuan segera ke Gaza, di mana warga terus menghadapi kelangkaan makanan, obat-obatan, dan pasokan esensial lainnya yang parah.
Bantuan kemanusiaan yang dikirim via udara dilanjutkan kembali pada Sabtu (26/7) di berbagai lokasi di Jalur Gaza utara. Namun, pendekatan tersebut menuai kritik dari kepala badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina Philippe Lazzarini sebagai "cara yang paling mahal dan tidak efisien" untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Tentara Israel (IDF) menyampaikan dalam sebuah pernyataan pada Minggu pagi bahwa untuk meningkatkan skala bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza, "jeda taktis" lokal dalam hal aktivitas militer akan diberlakukan demi tujuan kemanusiaan mulai Minggu pukul 10.00 hingga pukul 20.00 waktu setempat.
"Jeda itu akan dimulai di area-area di mana IDF tidak beroperasi, (yaitu) Al Mawasi, Deir al-Balah, dan Gaza City, setiap hari hingga pemberitahuan selanjutnya," urai pernyataan tersebut.
Selain itu, mulai pukul 06.00 hingga pukul 23.00 waktu setempat, rute-rute aman yang telah ditentukan akan dibuka untuk memfasilitasi pergerakan aman konvoi PBB dan lembaga kemanusiaan yang menyalurkan bantuan ke seluruh Jalur Gaza.
Pada Minggu yang sama, otoritas kesehatan Gaza menguraikan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa sejumlah rumah sakit di Gaza melaporkan enam kematian baru akibat kelaparan dan malanutrisi dalam 24 jam terakhir, menambah jumlah kematian akibat kondisi semacam itu sejak Oktober 2023 menjadi 133 jiwa, termasuk 87 anak.

"Di Gaza, orang-orang yang selamat dari bom dan peluru kini menghadapi kelaparan," tulis Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Dekat (UNRWA) dalam platform media sosial X pada Minggu
"Para tenaga medis dan kemanusiaan jatuh pingsan saat bertugas. Staf UNRWA kesulitan mencari makanan namun terus bekerja," kata badan tersebut, sembari menambahkan bahwa aliran bantuan yang besar, yang berada di bawah koordinasi PBB, termasuk UNRWA, benar-benar dibutuhkan.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.