Tren baru wirausaha muda dan strategi bisnis berkelanjutan sosial

3 weeks ago 6
Generasi muda sudah mengambil perannya, kini giliran pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa semangat ini tumbuh, terarah, dan memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia yang lebih maju

Jakarta (ANTARA) - Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap kewirausahaan di Indonesia menunjukkan pergeseran paradigma yang signifikan, terutama di kalangan wirausaha muda dari generasi Y atau milenial dan Z.

Jika sebelumnya fokus utama bisnis identik dengan mengejar keuntungan finansial semata, kini semakin banyak pelaku usaha muda yang menempatkan keberlanjutan sosial atau social sustainability sebagai bagian integral dari strategi bisnis mereka.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat bahwa 54 persen pelaku usaha dari dua generasi ini menjadikan aspek sosial, seperti kesejahteraan komunitas, pemberdayaan tenaga kerja lokal, dan praktik bisnis inklusif, sebagai pertimbangan utama dalam mengembangkan bisnis.

Angka ini tidak hanya menunjukkan tren baru, tetapi juga menandakan kesadaran kolektif generasi muda terhadap dampak sosial dari aktivitas ekonomi yang mereka lakukan.

Survei Katadata Insight Center tahun 2023 memperkuat temuan ini dengan menyebutkan bahwa 7 dari 10 wirausaha muda percaya bahwa bisnis mereka harus memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Bentuknya bervariasi, mulai dari pemberdayaan UMKM lokal, penyediaan lapangan kerja yang layak, hingga upaya mengurangi kesenjangan sosial.

Pendekatan ini sejalan dengan laporan Deloitte Global Millennial and Gen Z Survey 2023 yang mengungkapkan bahwa lebih dari 60 persen generasi muda di seluruh dunia menilai pentingnya perusahaan memiliki dampak sosial positif.

Temuan ini menegaskan bahwa fenomena keberlanjutan sosial bukan sekadar tren global, melainkan gerakan nilai yang kini dihidupi dan dijalankan generasi muda Indonesia melalui model bisnis yang mereka rancang.

Perubahan pola pikir ini menjadi sorotan penelitian yang penulis lakukan berjudul “Willingness to Embed Social Sustainability: A Case of Gen Y and Gen Z Entrepreneurs in Indonesia”.

Riset diterbitkan dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan (JMK) Vol 25, No 1, Maret 2023. Penelitian ini melibatkan 187 responden wirausaha muda dari generasi Y (lahir sekitar 1981–1994) dan generasi Z (lahir 1995–2012), dengan tujuan memahami faktor-faktor pendorong kesediaan mereka dalam mengintegrasikan keberlanjutan sosial ke dalam praktik bisnis.

Tiga kategori motivasi menjadi fokus utama penelitian ini, yakni motivasi instrumental, motivasi normatif, dan motivasi relasional.

Hasilnya menunjukkan bahwa dua faktor pertama memiliki pengaruh paling kuat terhadap keputusan wirausaha muda untuk mengadopsi praktik keberlanjutan sosial.


Bisnis berkelanjutan

Motivasi normatif, yang mencerminkan dorongan intrinsik, seperti komitmen moral, tanggung jawab etis, dan orientasi jangka panjang, terbukti menjadi faktor paling dominan.

Generasi muda merasa memiliki kewajiban untuk bertindak benar, membangun dampak positif, dan meninggalkan warisan bisnis yang berkelanjutan.

Di sisi lain, motivasi instrumental, seperti keinginan meningkatkan reputasi, memperkuat inovasi bisnis, dan membuka peluang pasar baru, juga memiliki peran penting, meskipun bukan menjadi pendorong utama.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |