Banjarmasin (ANTARA) - Valerie Preseault dari tim Universitas Montreal, Kanada mengaku mengagumi konservasi bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan yang telah terbukti dalam menjaga kelestarian ekosistem mangrove sebagai habitat primata endemik Kalimantan dengan hidung panjang khas dan rambut berwarna cokelat kemerahan.
"Saya sangat kagum dan apresiasi yang tinggi atas dedikasi Dr. Amalia Rezeki dan timnya dalam upaya pelestarian bekantan di Indonesia," kata Valerie di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu.
Dia pun berkeinginan untuk menjadi relawan membantu sebisa yang dia lakukan untuk bekantan tetap lestari.
Valerie memang penggemar berat bekantan yang sering disebut monyet Belanda. Dia menyukai bekantan sejak berusia 9 tahun, hingga ia tumbuh dewasa dan terus mengamati primata bekantan melalui channel-channel berita tentang alam ataupun media sosial.
Ketertarikannya dengan bekantan membuat ia ingin mengetahui lebih dekat lagi tentang primata eksotik ini, yang hidup di hutan lahan basah pulau Borneo.
Dan yang membuat ia semakin takjub, ketika menemukan sosok Dr. Amalia Rezeki, seorang biologist conservation dari Universitas Lambung Mangkurat sekaligus praktisi konservasi bekantan di Indonesia melalui internet.
Sejak 3 tahun lalu ia merancang ingin ke Indonesia untuk bertemu langsung dengan Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki serta ingin mendedikasikan diri menjadi relawan konservasi bekantan selama kunjungannya di Banjarmasin.
Baca juga: Indonesia-Kanada kolaborasi tanam 100 pohon ulin di Hari Bumi Sedunia
Baca juga: 46 wisatawan mancanegara kagumi Stasiun Riset Bekantan di Kalsel
Sementara Amel yang merupakan founder dari Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) mengaku senang dan bangga dapat menyambut kedatangan Valerie yang datang jauh-jauh dari Kanada hanya ingin berkontribusi terhadap pelestarian bekantan di Indonesia, melalui kegiatan volunteering.
Selama hampir satu minggu, Valerie Preseault mengikuti kegiatan SBI di Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak dan Pusat Transit Bekantan.
Kegiatan di pulau Curiak diisi dengan melakukan restorasi hutan mangrove, yang merupakan habitat bekantan, menanam dan merawat pohon mangrove serta kegiatan monitoring bekantan.
Kemudian melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat nelayan setempat, tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove dan melindungi bekantan.
Valerie juga berkesempatan menjadi dosen tamu di Fakultas Hukum ULM. Baginya hal tersebut menjadi pengalaman yang mengesankan bisa berbagi ilmu di ULM yang diikuti sekitar 150 mahasiswa.
Valerie adalah dosen criminology dari Universitas Montreal dan President of the comity of admission of OPCQ (Ordre professionnel des criminologues du Québec).
Namun demikian ia punya ketertarikan dengan bekantan yang kemudian mengantarkannya bertemu dengan Amalia Rezeki, tokoh pelestari bekantan di Indonesia.

Pewarta: Firman
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025