Jakarta (ANTARA) - Serial HBO "The White Lotus" musim tiga telah diakhiri dengan episode berjudul "Amor Fati", sebuah tragedi bermakna filosofis dan teologis.
Judul episode terakhir serial musim itu tentang penerimaan takdir ("Amor Fati") di mana karakter-karakter yang ada, berjuang menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka dan bagaimana penderitaan dapat menjadi bagian dari kehidupan manusia.
"Ini adalah tema klasik tragedi Yunani: seseorang membunuh hal yang mereka cintai saat mencoba membalas dendam," ujar sang kreator serial, Mike White, dilansir dari The Hollywood Reporter, Senin.
Menurut White, tokoh Chelsea yang terbunuh di sini, memiliki fatalisme romantis semacam itu tentang hubungannya dengan Rick Hatchett.
Baca juga: "The White Lotus" musim keempat sedang dalam pengerjaan
Sedangkan karakter Rick, menurut White, tidak bisa mengalami cinta di masa kini karena hanya terpaku pada kekurangan dalam dirinya dan kurangnya cinta yang ia miliki di masa lalunya.
"Chelsea pernah berkata pada Rick, agar 'berhenti terpaku pada cinta yang tidak kamu dapatkan. Pikirkan tentang cinta yang kamu miliki! Aku di sini!'," kata White.
"Saya suka ide memberinya banyak omong kosong yang tampaknya seperti omong kosong, tapi pada akhirnya, Anda merasa seperti, ‘oh, mungkin dia memiliki semacam kekuatan yang lebih tinggi untuk apa yang terjadi selanjutnya’ dan pada akhirnya menghilangkan kesedihan kematiannya dalam beberapa cara," lanjut White.
Bagaimana Rick dan Chelsea menjadi dua korban tragis musim ketiga "The White Lotus"?
Baca juga: John Lithgow bakal perankan Dumbledore di serial "Harry Potter" HBO
Kemarahan Rick pada suami Sritala, pemilik resor White Lotus di Thailand Jim Hollinger, merenggut nyawa Jim - yang sebenarnya adalah ayah Rick menurut penuturan Sritala setelahnya.
Atas perintah Sritala, hujan tembakan dengan staf pengamanan resor pun terjadi, dan kekasih Rick, Chelsea, terkena tembakan peluru nyasar.
Kemudian Rick memangku tubuh Chelsea yang sudah tidak bernyawa, berjanji bahwa mereka akan bersama selamanya. Janji itu pun ditepati karena dari belakang, Gaitok menembakkan dua peluru ke arah Rick dan ia pun tumbang.
Tema penghancuran diri itu masih menjadi benang merah yang kuat dalam akhir musim ketiga, ketika tindakan Gaitok membunuh Rick menambah lapisan kompleksitas moral pada cerita.
Menurut White, sebagai seorang penganut Buddha, tindakan Gaitok melanggar keyakinannya sendiri. Sehingga konflik internal pun dialami karakter ini.
Sementara itu, ia juga memaksa Belinda menerima 100.000 dolar dari Greg agar tetap bungkam. Tindakan yang kurang bijaksana tersebut menunjukkan dampak lain dari peristiwa menyedihkan yang terjadi.
"Musim ini, setidaknya dari bagaimana saya menyusunnya, menggunakan ide-ide Buddhis sebagai prinsip pengorganisasian, mencoba memikirkan identitas sebagai penyebab penderitaan," kata White.
"Identitas dipahami sebagai cara pandang diri secara konkret dan literal, yang berpotensi menimbulkan penderitaan. Meskipun dapat menjadi sumber kebanggaan, identitas juga dapat menjadi sumber rasa sakit. Pada intinya, ini merupakan sebuah penyelidikan yang bersifat dramatis. Oleh karena itu, gaya penulisan musim ini sedikit berbeda dari yang biasa aku tulis," urai dia.
Baca juga: Warner Bros siap audisi ribuan aktor untuk serial "Harry Potter"
Baca juga: Ratusan properti "Game of Thrones" dilelang mulai 500 dolar AS
Baca juga: HBO tunjukkan cuplikan serial "The Last of Us" musim kedua
Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025