Teman tuli di Cirebon tak lagi terasing dari hak sehat

2 months ago 8
Teman-teman tuli bahkan enggan berobat, takut mati

Cirebon (ANTARA) - Ada sekelumit kisah dari generasi muda di Cirebon, Jawa Barat, yang memulai langkah kecil untuk menyambung suara.

Mereka bertutur dengan gestur, mengajak khalayak lebih peka, mengerti, dan bersikap manusiawi terhadap teman tuli.

Pada Jumat (25/7) siang, sinar matahari menyelinap melalui celah pintu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pancaran Kasih Kota Cirebon.

Di sebuah ruangan bercat pudar, tiga orang duduk saling berhadapan. Tak banyak suara, namun percakapan mereka begitu hidup.

Saat itu tangan Felicia Tendi (24) bergerak lincah di depan wajahnya. Jemarinya membentuk simbol dengan gerakan cepat, kadang melambat ketika hendak menekankan sesuatu.

Felicia Tendi saat menceritakan teman tuli memakai bahasa isyarat di SLB Pancaran Kasih Cirebon, Jawa Barat, Jumat (25/7/2025). ANTARA/Fathnur Rohman.

Saat ditemui ANTARA, perempuan yang akrab disapa Caca itu, kembali mengingat suasana kelas saat ia masih bersekolah.

Caca tumbuh sebagai tuli di lingkungan dengar. Sejak kecil, ia mengenyam pendidikan di sekolah umum tanpa adanya juru bahasa isyarat (JBI) atau pendamping.

Di dalam kelas, ia hanya bisa menatap ke depan tanpa benar-benar tahu apa yang sedang dijelaskan guru.

“Tanya ke teman nggak bisa. Malah dibully,” ungkapnya dalam bahasa isyarat.

Di rumah, ia menghadapi batas. Orang tuanya tidak menguasai bahasa isyarat, sehingga komunikasi seringkali hanya searah.

Seiring waktu, ia lebih banyak menulis pesan di ponsel atau menggunakan gestur visual seadanya.

Namun, dari keterbatasan itulah lahir tekad kuat. Caca ingin teman tuli bisa tumbuh dalam ruang yang inklusif.

Baca juga: Teman tuli Kota Cirebon menyuarakan kesetaraan lewat pemilu

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |