Kunming (ANTARA) - Dalam beberapa tahun terakhir, China mencatatkan transformasi luar biasa di sektor pertanian, di mana teknologi menjadi pendorong utama inovasi di berbagai bidang. Integrasi teknologi mutakhir ke dalam praktik pertanian tradisional tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan di seluruh Provinsi Yunnan, China barat daya.
Ketika Provinsi Yunnan memasuki periode pertanian puncak musim panas, sawah-sawah di Desa Changhu di wilayah Luliang dipenuhi aktivitas, dengan mesin-mesin penanam bibit bergerak melintasi sawah yang sudah diairi. Setiap mesin dapat menanam delapan baris bibit sekaligus dengan jarak standar 20 cm dan kedalaman 3 cm.
Konsistensi penanaman oleh mesin memastikan setiap bibit mendapatkan ruang yang optimal untuk tumbuh, sehingga mengatasi ketidakmerataan yang sering terjadi pada penanaman manual dan menjadi fondasi yang baik bagi pertumbuhan tanaman yang lebih sehat.
Di seluruh wilayah Luliang, 50 persen sawah kini telah mengadopsi pendekatan mekanisasi tersebut, dengan rencana penanaman padi di kurang lebih 4.266,67 hektare lahan pada 2025.
Luliang telah menjadi simbol peralihan Provinsi Yunnan menuju pertanian yang lebih cerdas dan berkelanjutan, di mana peralatan teknologi diubah menjadi kekuatan produktif. Dukungan teknologi ini tidak hanya terlihat dalam proses penanaman, tetapi juga dalam budi daya bibit.
Di wilayah Yingjiang di Prefektur Otonom Etnis Dai dan Jingpo Dehong, lebih dari 60 juta yuan (1 yuan = Rp2.265) telah diinvestasikan sejak 2024 untuk membangun basis produksi padi yang sepenuhnya mekanis.
Penggunaan alat baki datar penanam bibit telah secara signifikan mendongkrak tingkat kelangsungan hidup bibit padi dari 75 persen menjadi 95 persen, sekaligus memperpendek siklus penanaman bibit sebesar 5-10 hari.
Drone yang dilengkapi dengan kamera multispektral juga berperan penting dalam pengelolaan pertanian sehari-hari.
Dengan teknologi ini, drone dapat mendeteksi dengan cepat tanaman teh yang terjangkit hama atau kekurangan nutrien, sehingga memungkinkan tindakan yang lebih tepat sasaran.
Hasilnya, penggunaan pestisida berkurang sebesar 15 persen, yang tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga meningkatkan kualitas teh.
"Melalui penerapan teknologi mutakhir, budi daya bibit secara mekanis tidak hanya meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi bibit, tetapi juga menghemat biaya tenaga kerja secara signifikan," jelas Ou Shanbin, manajer Yunnan Shimi Agricultural Science and Technology Development Co., Ltd.
Saat ini, prefektur tersebut telah membangun sistem industri padi yang komprehensif, mencakup semua tahapan produksi padi, mulai dari pemuliaan benih, budi daya bibit, hingga panen mekanis, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi produksi pertanian dan memastikan ketahanan pangan.

Di beberapa kawasan pegunungan, drone telah banyak digunakan untuk mengangkut produk pertanian, seperti pisang, bambu, dan jeruk. Dalam setiap pengiriman, waktu yang diperlukan kini hanya beberapa menit, dibandingkan dengan durasi satu jam yang dibutuhkan sebelumnya. Lebih penting lagi, teknologi ini membebaskan masyarakat dari pekerjaan fisik yang berat.
Dengan mengadopsi teknologi-teknologi mutakhir tersebut, Provinsi Yunnan makin memperkuat ketahanan pangannya dan menjadi kekuatan pendorong dalam inovasi pertanian di China. Masa depan pertanian Yunnan pun menjanjikan lebih banyak terobosan dan kemakmuran yang berkelanjutan.
Penerapan teknologi pertanian canggih ini secara signifikan mengurangi kebutuhan tenaga kerja manual. Seorang penduduk desa di Changhu menyampaikan bahwa dulunya, 10 pekerja membutuhkan waktu seharian untuk menanami sekitar 0,533 hektare lahan dengan bibit padi.
Namun kini, hanya dengan satu mesin, pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu satu jam, meningkatkan efisiensi lebih dari 90 persen.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025